Tentang Arti Sombong yang Tersembunyi
Pernahkah kita mengatakan sombong kepada orang lain, namun orang tersebut tidak menyadarinya? Mungkin sering, meski dalam hati. Entah orang tersebut kita sebut sombong karena tidak mengenali kita, atau tidak menyadari keberadaan kita padahal kita ingin menyapanya, atau dia tidak menyapa terlebih saat berpapasan dengan kita, atau secara terang-terangan tidak mengenali kita padahal pernah berteman sebelumnya.
Memang sangat menyebalkan jika bertemu dengan orang yang sombong. Sombong adalah sifat yang tidak disukai oleh siapa saja, baik itu orang baik ataupun orang tidak baik sama-sama tidak menyukainya. Sifat sombong akan terlihat jelas dimata orang lain, namun dimata orang yang mempunyainya tidak akan terlihat sedikitpun. Biasanya orng yang sombong akan menyombongkan kelebihannya, entah itu hartanya, ilmunya, jabatannya, tubuhnya, atau segala hal yang ia punyai melebihi orang-orang disekitarnya.

Namun pernahkah kita sadari bahwa orang-orang yang tidak mempunyai kelebihan atas orang lain disekitarnya juga bisa bersifat sombong? Berikut ada kondisi yang kita tidak sadari bahwa kita berlaku sombong :
Sombong yang Tidak Disadari
Tidak Mensyukuri Apa yang Telah Diberikan Karena Dianggap Terlalu Sedikit
Nikmat yang diberikan berapapun kadarnya saat ini tetap harus disyukuri karena kita lahir didunia sama sekali tidak dibekali apa-apa selain tubuh dan organ-organnya. Contoh sombong dalam kondisi ini ketika kita setiap harinya bisa makan dengan lauk daging dan minum susu, pada saat tertentu kita hanya bisa makan dengan tempe dan minum air putih dan kita berkata “makan kok cuma kayak gini, aku nggak mau makan kalo makanannya nggak enak”.
Contoh lain ketika kita mempunyai sepeda motor bebek tua yang larinya tidak secepat motor baru namun masih bisa digunakan untuk aktivitas sehari-hari, ada orang bertanya kepda kita “ kamu kesini naik apa?, kita menjawab “ya itu motor bebek yang larinya kayak keong, aku saja malu mngendarainya”. Jika kata-kata itu terdengar oleh orang yang hanya bisa makan satu hari sekali, atau orang yang tidak mempunyai sepeda motor dn harus jalan kaki, betapa sakit hatinya orang tersebut dengan ucapan kita yang meremehkan nikmat yang orang tersebut juga mengharapkannya.
Banyak Nikmat Namun Tidak Pernah itu Dianggap Sebagai Nikmat
Berjalan, bernafas, buang air, melihat, mendengar, adalah hal yang kita lakukan secara terus menerus tanpa kita menyadari bahwa hal tersebut merupakan anugerah yang sangat besar. Kita tidak pernah menyadari semua itu sebagai anugerah saat semua berjalan dengan baik-baik saja, namun saat semua itu fungsinya berkurang atau bahkan sudah tidak berfungsi, kita baru akan tersadar bahwa semua itu merupakan pemberian dari sang pencipta. Kita telah sombong karena telah lupa menggunakan fasilitas pemberian-Nya tanpa menyebut nama-Nya dan bersyukur setiap harinya.

Memandang Orang yang Jahat Tidak Mempunyai Peluang Menjadi Orang Baik
Kita sering merasa senang ketika kita melakukan suatu kebaikan yang tidak dapat dilakukan orang lain. Kita juga merasa benci ketika orang lain melakukan pelanggaran terhadap norma agama ataupun norma masyarakat. Apalagi jika pelanggaran yang dilakukan merugikan dan membahayakan banyak orang, seperti pembunuhan, perampokan, pelecehan seksual, korupsi, dan lain sebagainya.
Itu hal yang wajar untuk dibenci dan mungkin menjadi sebuah keharusan agar semua orang membenci perlakuan tersebut agar orang akan berpikir seribu kali jika ingin melakukannya. Selain pelanggaran norma yang bisa merugikan banyak orang, ada juga pelanggaran norma yang tidak merugikan banyak orang, seperti enggan untuk beribadah, minum minuman keras dan narkoba didalam rumah sendiri, dan lain-lain. Kita memandang sinis terhadap perbuatan mereka.
Dan kita memberi stempel dengan menamai mereka sesuai dengan pelanggaran yang mereka lakukan, seolah-olah mereka akan selamanya melakukan pelanggaran yang serupa. Mungkin mereka melakukan pelanggaran karena kurangnya ilmu, terdesak oleh suatu keadaan, atau dipaksa oelh seseorang. Kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan yang akan terjadi dimasa depan. Alangkah baiknya jika kita mendoakan agar mereka diberi petunjuk jalan yang benar, dari pada kita menghukuminya dengan prasangka sendiri.
Memandang Hina Orang yang Tidak Mau Diajak Kepada Kebaikan
Menuju kebaikan berarti membuat hidup kita akan semakin baik. Namun kadang ada orang yang tidak mau kita ajak kepada kebaikan karena belum tahu manfaat yang akan didapat. Ada juga orang yang tidak mau karena masih asing dan malu karena belum pernah melakukan kebaikan tersebut. Jika kita langsung menyebutnya sebagai orang yang tidak mau diajak kepada kebaikan dan menganggap kita lebih baik darinya berarti kita bersikap sombong. Sombong karena kita selalu merasa melakukan kebaikan atas kemampuan kita tanpa menyadari bahwa kita bisa melakukan kebaikan karena diberikan petunujuk dari Allah.

Menolak Pemberian dan Kebaikan Orang Lain
Merasa diri mampu melakukan segala hal dan merasa tidak membutuhkan orang lain merupakan kesombongan. Menolak pemberian dan kebaikan orang lain yang dilakukan secara tulus akan menyakiti hatinya. Sekecil apapun bagi kita, mungkin berarti besar bagi orang lain. Suka atau tidak suka, sebaiknya kita terima terlebih dahulu.
Hanya Ingat Akan Kesalahannya, dan Tidak Pernah Mau Mengingat Kebaikannya
Mengapa orang yang selalu mengingat kesalahannya bisa disebut sebagai orang yang sombong? Karena orang tersebut merasa dia tidak pantas melakukan kesalahan dan tidak mungkin melakukan kesalahan. Sifat manusia pada dasarnya lemah, bahkan untuk melakukan kebaikan, manusia harus mendapat petunjuk dan kekuatan dari Tuhan semesta alam. Orang yang selalu merasa bersalah akan sulit untuk bersyukur, merasa putus asa, dan merasa apapun tidak akan bisa membayar kesalahannya.
Orang yang Percaya Bahwa Keberhasilannya Merupakan Hasil Dari Usahanya Sendiri
Seperti Qarun yang hartanya ditenggelamkan kebumi hingga dicari banyak orang sampai hari ini. Dia bersikap sombong setelah memiliki harta yang berlimpah padahal sebelum meminta didoakan nabi kepada Tuhan, dia hanya laki-laki miskin. Dia diperintahkan untuk berbagi dan tidak bersikap sombong, namun dia memberi balasan bahwa kesuksesannya adalah karena usahanya sendiri dalam berdagang. Kadang kita merasa bangga dengan keberhasilan kita tanpa menyadari bahwa itu adalah anugerah. Jika kita mendpatkan keberhasilan jangan lupa untuk berbagi, agar kita tidak termasuk orang yang sombong.
Orang Berilmu Namun Enggan Mengajarkan Ilmunya
Ilmu sama halnya dengan harta. Siapa yang memiliki kelebihan diantara keduanya, maka akan memiliki derajat yang lebih tinggi dimasyarakat. Ilmu dan harta sama-sama didapatkan dengan kerja keras dan diiringi dengan doa. Oleh karena itu, orang yang memiliki kelebihan sangat enggan berbagi karena merasa itu sepenuhnya berkat usahanya sendiri bukan sebagai anugerah.
Sebagian orang mengira bahwa anugerah didapat seperti hoki, tanpa melakukan usaha apapun. Namun anugerah sebenarnya adalah pemberian Tuhan atas usaha kita dimasa lalu, bahkan kita kadang tidak ingat usaha apa yang kita lakukan, dan doa apa yang kita panjatkan, sehingga hari ini kita mendapatkan anugerah. Sebagai bentuk rasa syukur dan menghilangkan sifat sombong, maka berbagilah atas apa yang menjadi kelebihan kita.

Merasa Diri Lebih Tinggi dan Lebih Utama
Merasa diri lebih utama dengan memandang orang lain tidak pantas melakukan kebaikan yang sama. Dengan merasa bahwa hanya kita yang dapat melakukan kebaikan disebabkan kelebihan yang ada pada diri kita, maka itu berarti kita bersikap sombong.
Misalkan ada orang yang hidup pas-pasan bisa naik haji, bisa bersedekah, bisa menyumbang dana sosial kita, merasa aneh dan mempertanyakan. Bahkan kita berprasangka mereka meakukan kebaikan hanya untuk menyaingi orang-orang yang kaya dan berilmu, atau hanya ingin dianggap setara. Pemikiran yang seperti ini sama dengan merendahkan orang lain. Segala perilaku yang merendahkan orang lain, dapat dimasukkan kedalam kategori orang yang sombong.
Membanggakan Perbuatan Buruknya
Membanggakan perbuatan buruk dan menganggap orang baik sebagai orang yang sok suci. Bangga terhadap diri sendiri saja sudah termasuk kesombongan. Apalagi membanggakan keburukan yang dimiliki, itu seperti kesombongan diatas kesombongan. Tuhan membenci orang yang bersikap sombong, apalagi miskin ilmu dan harta namun tetap sombong. Menganggap diri sebagai manusia yang apa adanya dan manusiawi sebagai sifat-sifat dasarnya, bukanlah hal yang keliru. Namun menganggap orang yang baik sebagi orang yang sok suci dan munafik, itu merendahkan usaha orang lain.
Orang yang baik adalah orang yang selalu meningkatkan amalnya dan ilmunya. Ilmu dan amal didapat melalui usaha dan ketekunan. Orang dengan sifat dasar manusia bisa menjadi mulia karena amal dan ilmunya, namun orang dengan sifat dasar manusianya yang lemah dan bodoh, akan lebih rendah dari binatang karena kurang amal dan ilmunya. Jika kita menganggap orang yang telah berbuat baik sebagai orang yang baik, maka kita telah menghargai usaha yang mereka lakukan untuk menjadi baik. Jika kita belum bisa menjadi baik, maka jangan menilai orang lain secara buruk.
Kesalahan yang diperbuat karena dorongan keinginan akan sesuatu masih mudah ampunannya dibandingkan kesalahan karena kesombongan. Karena kedurhakaan iblis timbul dari adanya sifat sombong, sedangkan kedurhakaan Adam berasal dari dorongan nafsu untuk merasakan sesuatu.
Cara Menghilangkan Sifat Sombong :
- Ketika bertemu dengan orang yang lebih tua, kita berfikir bahwa ibadahnya lebih banyak daripada kita, sebab umurnya sudah lebih tua dari kita
- Saat bertemu dengan orang yang lebih muda, kita berfikir bahwa dosa yang kita perbuat sudah lebih banyak dari anak muda
- Jika bertemu dengan orang yang lebih berilmu, kita berfikir bahwa orang ini telah dianugerahi apa yang tidak aku dapat dan telah sampai pada apa yang belum saya sampai
- Ketika melihat orang yang lebih bodoh, kita berfikir oran ini melakukan kesalahan karena kebodohan dan ketidaktahuannya sedangkan saya melakukan kesalahan padahal mengetahuinya. Dan saya tidak tahu bagaimana cara Allah menyudahi hidupku dan hidupnya
- Jika kita melihat orang yang kafir, kita berfikir barangkali suatu saat ia akan mendapat petunjuk sehingga ia dianugerahi khusnul khotimah, dan bisa saja saya menjadi kafir sehingga Allah wafatkan dalam kondisi su’ul khotimah