Silent Treatment Sikap Diam yang Sangat Menyakiti Pasanganmu

Silent Treatment Sikap Diam

Silent Treatment atau perlakuan diam merupakan suatu sikap dengan segaja mendiamkan orang lain, memutus hubungan secara verbal, atau  menarik diri dari suatu interaksi. Perilaku ini bisa membuat sakit hati dan hancurnya hubungan bagi yang menerima. Perilaku silent treatment berarti menganggap pasangan atau lawan interaksi seolah-olah tidak penting. Keputusan untuk menolak berkomunikasi dengan seseorang yang sebenarnya bersedia melakukan dialog.

Alasan Kenapa Seseorang Menggunakan Silent Treatment

Mungkin kita semua pernah ada dalam posisi ini, baik menjadi pihak yang menerima perlakuan diam dari orang lain ataupun kemungkinan menjadi pelaku yang mendiamkan. Perilaku ini sering terjadi dalam hubungan suami istri, keluarga, tetangga, juga rekan kerja. Konsekuensinya cenderung negatif. Perlakuan seperti ini menyangkut harga diri, kendali, dan pengakuan eksistensi bagi penerimanya. Sehingga silent treatment bisa dianggap sebagai pelecehan.

Kita berpendapat bahwa dengan diam ketika terjadi perseteruan, akan memberi kita ruang untuk berpikir jernih. Ada saatnya lebih baik untuk tidak mengatakan apa-apa jika dengan berbicara justru akan semakin memperburuk kadaan. Pentingnya komunikasi dalam setiap hubungan memang hal yang utama, apalagi ketika terjadi konflik. Namun ada sebagian orang yang tidak bersedia diajak bicara dan tukar pendapat. Mereka memutuskan untuk sengaja diam tidak berkata-kata.

Alasan Kenapa Seseorang Menggunakan Silent Treatment :

Selain alasan karena tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik, bisa jadi mereka juga tidak mengetahui bagaimana cara mengelola perasaan saat amarah melanda, mungkin ada kekecewaan yang mendalam, dan keadaan emosi yang campur aduk. Selain itu, silent treatment juga dipengaruhi oleh pola asuh dari orang tua sedari kecil.

Kemampuan Komunikasi yang Buruk

Kadang seseorang selalu menginginkan bahwa kita dan orang lain dapat membaca pikirannya sehingga mereka tidak perlu menjelaskan lagi bagaimana perasaannya. Mereka berpendapat bahwa sudah seharusnya orang mengerti tentang dirinya, lantas mengapa harus menggunakan kata-kata untuk menjelaskan semuanya?

Dengan alasan tersebut, mereka tidak mau untuk menyampaikan perasaannya. Namun, manusia bukanlah pembaca pikiran yang baik. Manusia mana bisa mengetahui kedalaman hati orang lain dengan baik? Kadang, perasaan harus disampaikan agar orang lain mengerti, bukan dengan diam dan menunggu.

Pola Asuh Orang Tua

Semua kebiasaan orang yang manusia miliki sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua semenjak kecil. Mereka cenderung melakukan hal yang sama dengan apa yang ia pelajari dari orang sekitarnya, termasuk orang tua. Ketika orang tua mempunyai kebiasaan bertengkar, berteriak, menolak untuk saling bicara, dan tidak pernah segera saling memaafkan, mereka juga akan cenderung melakukan hal serupa ketika dewasa.

Kesulitan Mengendalikan Emosi yang Campur Aduk

Ketika perasaan tersakiti oleh orang lain, baik secara sengaja maupun tidak. Secara otomatis seseorang akan marah, kesal, dan sedih. Semua perasaan itu campur aduk dan bisa membuat kita hilang kendali. Mereka takut untuk mengeluarkan isi hati dengan teriakan dan bisa menyakiti hati orang lain. Sikap diam yang mereka lakukan adalah bentuk untuk mengembalikan lagi kendali atas diri mereka sendiri. Namun mereka lupa untuk menetapkan batasan hingga sampai kapan mereka akan terus diam.

Cara mengidentifikasi Silent Treatment

Cara mengidentifikasi Silent Treatment

Perlakuan diam mendiamkan mungkin agak samar untuk diartikan ketika hal itu sedang berlangsung. Kita tidak secara serta merta menilai orang melakukan silent treatment. Bisa jadi diamnya untuk menenangkan diri atau memberi ruang berfikir. Mungkin juga orang yang mendiamkan tiba-tiba pergi meninggalkan rumah atau mengabaikan sepanjang malam karena merasa jengkel. Berikut tanda-tanda seseorang menggunakan silent treatment:

  • Secara terang-terangan mengabaikan
  • Tidak punya itikad untuk kembali berbicara
  • Tidak mau sama sekali berbicara, namun dengan orang lain bersikap manis
  • Ketika kita mencoba untuk mengajaknya bicara, mereka tidak mau menanggapi
  • Kita merasa sedih, kehilangan harga diri, perasaan terisolasi, dan bersalah secara mendalam
  • Diam dalam jangka waktu yang lama, kita tidak tahu kapan akan berakhir
  • Meskipun mereka mengetahui hal ini terasa menyiksa, mereka tetap terus melakukannya
  • Mereka selalu menuduh bahwa kitalah yang menyebabkan hal ini terjadi

Silent treatment bisa dianggap sebagai pelecehan atau tindakan kurang sopan, jika:

Sebagai Alat Hukuman

Biasanya dalam suatu hubungan, terdapat satu pihak yang berbuat kesalahan. Silent treatment digunakan sebagai alat untuk menghukum pasangan yang dianggap bersalah, dinilai tidak peka, maupun tidak bisa mengerti apa yang diinginkan pihak lain. Hal ini tentu menyakitkan dan membuat pasangan menjadi merasa bersalah meskipun ia tidak melakukan kejahatan.

Sebagai Alat Untuk Mengendalikan

Dengan perilaku mendiamkan, sama saja menggunakan alat untuk mengendalikan agar seseorang berubah sesuai keinginannya. Seseorang yang menerima perlakuan diam menjadi merasa terpaksa harus mengubah perilakunya agar kembali bisa berkomunikasi.

Merasa harus meminta maaf untuk kesalahan yang ia sendiri tidak mengetahuinya. Diamnya juga bisa diartikan sebagi sikap memaksa agar kitalah yang mengalah untuk memperbaiki hubungan. Tentu sikap mendiamkan seperti ini tidak boleh dibalas dengan hal yang sama, karena itu merupakan perbuatan yang saling menyakiti satu sama lain.

Memanipulasi Perasaan

Ketika salah satu pasangan menggunakan silent treatment secara sering, hal ini tentu akan menguras emosi dan menyebabkan kecemasan. Pihak yang menerima sikap ini selalu merasa gelisah dalam setiap perilakunya. Ia merasa cemas tentang kapan perang dingin seperti ini mungkin terjadi lagi, sehingga ia akan terus meminta persetujuannya. Bisa jadi pasangan yang menerima sikap ini akan menjadi depresi karena terus merasa cemas akan melakukan kesalahan yang bisa menyebabkan pasangannya bersikap mendiamkan.

Melemahkan Harga Diri

Harga diri dan pengakuan dipengaruhi oleh orang-orang yang berada disekitar kita. Ketika banyak orang yang setuju dan sependapat dengan kita untuk berbagai hal, kita merasa sangat bahagia. Dan silent treatment, perlakuan mendiamkan dan mengabaikan dapat menghancurkan harga diri. Mereka akan ragu dan tidak percaya diri untuk mengambil setiap tindakan, baik untuk urusan sendiri maupun yang berkaitan dengan hubungan yang sedang terjalin.

Bukan hanya pasangan dalam pernikahan, namun bisa juga terjadi di tempat kerja dan tetangga. Hal ini menyebabkan ia selalu menerka-nerka keputusan mereka, apakah hal yang ia akan lakukan bisa menyebabkan pasangan senang ataukah malah akan marah dan mendiamkan. Keraguan diri akan membuat semakin sulit untuk hidup dengan baik.

Bukan hanya keraguan, orang yang menerima sikap didiamkan ini merasa tidak cukup baik dalam menjalin hubungan. Mereka terus menerus bertanya tentang apa yang salah dari diri mereka sehingga pasangan mereka atau orang lain bersikap diam tidak mau bicara.

Sebagai Ancaman

Bukan hanya pasangan suami istri, silent treatment sering digunakan sebagai ancaman terhadap pihak lain jika mereka tidak bisa bersikap seperti yang ia harapkan. Mereka yang bersikap mendiamkan seringkali menggunakan perlakuan diam sebagai senjata dengan mengancam untuk mendiamkannya atau memutus hubungan. Hal seperti ini membuahkan ketakutan dalam diri mereka bahwa mungkin bisa jadi mereka akan kehilangan kasih sayang dari pasangannya.

Ketakutan akan putusnya hubungan, membuat orang yang menerima silent treatment rela melakukan apapun untuk mencegah hal seperti ini terjadi. Mereka cenderung menjadi orang yang selalu mengatakan “ya”, selalu dalam mode “sendhiko dhawuh kanjeng”.

Untuk Menghindari Tanggung Jawab

Silent treatment juga bisa digunakan sebagai alat untuk menghindari tanggung jawab atas hal yang pernah mereka lakukan dan kesalahan yang pernah mereka buat. Sikap mendiamkan seperti ini bertujuan agar ada orang lain yang membereskan semua kekacauan yang diakibatkan oleh mereka.

Dampak Silent Treatment

Silent treatment mungkin bisa dianggap sebagai alat untuk menang bagi pelakunya. Namun bagi orang yang menerima perlakuan seperti ini, bisa jadi akan merasa kelelahan secara emosi dan berdampak buruk terhadap hubungan yang dibina. Berikut beberapa dampak silent treatment ;

Menyebabkan Patah Hati

Alasan lain mengapa bersikap mendiamkan itu sangat menyakitkan, karena eksistensi dan harga dirinya terabaikan. Rasanya sungguh tidak bisa dipercaya bahwa seseorang yang selama ini kita sayangi, keberadaannya kita inginkan, justru memilih untuk tidak mau berhubungan lagi. Hal ini menjadikan seseorang yang menerima silent treatment merasa patah hati.

Lahirnya Kebencian dan Patah Hati

Orang yang menerima silent treatment, biarpun mereka merasa harga dirinya rendah, merasa kalah, mungkin masih tetap ingin melanjutkan hubungan. Namun begitu, akan lahir kebencian terhadap mereka yang memperlakukannya. Pada dasarnya mereka ingin marah karena merasa tidak dihormati, disepelekan, tidak dihargai, diabaikan, dan direndahkan. Seakan-akan hubungan hanya berjalan sepihak. Namun mereka masih membutuhkan dan tidak mampu melepas hubungan dengan orang tersebut.

Mengurangi Keakraban

Sikap mendiamkan, tidak bersedia diajak bicara, akan menimbulkan rasa tidak nyaman berlama-lama disampingnya. Percakapan pun akan dijaga dan kadang harus dipaksakan. Selera humor akan mati. Canda tawa bersama tidak mungkin lagi ada. Adanya kemarahan yang terpendam, kebencian, dan memaksakan diri untuk mempertahankan hubungan bisa mengakibatkan keakraban dan keintiman menjadi berkurang, bahkan hilang seutuhnya.

Cara menyikapi silent treatment

Fakta bahwa silent treatment tidak membawa kebaikan dan keuntungan dalam suatu hubungan, lantas sangat penting mengetahui cara untuk menyikapi perilaku silent treatment yang diterima. Berikut beberapa cara untuk menyikapinya :

Menjadi yang Pertama Mulai

Butuh keberanian, hati yang besar, dada yang lapang, untuk bisa menjadi orang yang pertama memperbaiki masalah dan keadaan. Terutama jika kita merupakan orang yang diperlakukan kurang menyenangkan oleh orang lain. Setelah diam yang terjadi, datanglah kepadanya dengan penuh kasih dan cobalah bertanya padanya untuk mendiskusikan permasalahan.

Selain ego, salah satu alasan mengapa orang lain mendiamkan kita, meskipun mereka yang bersalah adalah karena mereka belum mengetahui cara berkomunikasi yang baik. Mungkin mereka juga ingin bersama-sama memperbaiki masalah. Namun mereka tidak sepenuhnya yakin bisa mengatasinya. Sehingga yang ia lakukan cenderung untuk diam dan menarik diri. Untuk itulah, disaat suasana kembali tenang, kita bisa mencoba untuk membangun kembali komunikasi yang baik bersama mereka.

Tetapkan batasan Diri

Menetapkan batasan diri sangat penting bagi semua orang. Hal ini memperjelas apa yang kita inginkan, apa yang tidak kita inginkan, dan kapan sikap diamnya harus berakhir. Dalam suatu hubungan akan ada dua pihak yang sama-sama mempunyai kepentingan, dimana mereka harus menghormati keputusan satu sama lain. Jika orang lain telah mengindikasikan akan mendiamkan, maka bisa dipastikan komunikasi akan menjadi sulit. Untuk itu, kita harus menyuarakan tentang batasan toleransi terhadap sikapnya dan berharap orang lain atau pasangan dapat menghargainya.

Akui Perasaannya dan Bagikan Perasaan Kita

Meskipun orang yang menerima perlakuan silent treatment merasakan cemas dan emosi yang negatif, orang yang memberi perlakuan pun juga mempunyai alasan untuk melakukannya, bisa jadi hatinya juga terluka dan marah terhadap kita. Kita harus mampu memahami dan mengakui emosi yang sedang mereka rasakan. Hal ini akan membuka ruang agar terjadi percakapan yang lebih besar. Kadang mereka hanya ingin orang lain mengerti apa yang sedang mereka rasakan, dan berkatalah dengan jujur bagaimana perasaan kita atas silent treatment yang mereka lakukan.

Tetap Tenang Meski Tersakiti

Ketika konflik terjadi, dan pihak-pihak yang terlibat memutuskan untuk diam tidak mau diajak mencari solusi. Tetaplah tenang, jangan panik, jangan menjadikan diri sebagai satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab. Jadi, berhentilah sejenak, dan tarik napas. Ingatlah bahwa kita sedang mencari solusi, bukan memperpanjang masalah. Sikap tenang juga menunjukkan bahwa senjata silent treatment yang mereka pakai, tidak berhasil bagi diri kita.

Temukan Akar Masalahnya

Seringkali orang mendiamkan kita karena ketidaktahuan kita karena melakukan kesalahan dan menyakiti pihak lain. Sedangkan pihak lain merasa terluka namun mendiamkan kita sebagai hukuman. Karena pihak lain menutup komunikasi secara langsung, kita harus mengidentifikasi masalah dan menemukan cara menyelesaikannya. Bukan dengan saling membalas mendiamkan ataupun menyalahkan. Tindakan yang mulia adalah mengedepankan komunikasi dan saling memberi pengertian untuk mencapai solusi terbaik bagi kedua belah pihak. Tidak mudah memang.

Jangan Tersinggung

Ada hal yang mudah diucapkan namun tidak mudah dilakukan. Karena ini tentang ego dan perasaan, yaitu jangan tersinggung. Masalah ini bukan semata-mata menjadi tangung jawab satu orang, mereka juga punya tanggung jawab untuk mengemukakan, menjelaskan, dan bersama-sama mencari jawaban.

Jangan Terlalu Menganggap Serius

Kebanyakan orang akan bereaksi serupa dengan orang yang memperlakukannya. Ibarat cermin, senyum berbalas senyum, sinis berbalas sinis. Dan jika ini yang kita lakukan, maka hubungan yang terjalin bisa hancur. Jika kita menanggapi kemudian melawan dengan perilaku yang sama, itu menjadikan kita sama jahatnya seperti mereka. Untuk itu, tetaplah bersikap lebih dewasa dengan menahan diri untuk tidak memperburuk keadaan. Tetaplah berlapang dada, berhati besar, dan pertahankan ketenangan.

Lindungi Kesehatan Mental

Tidak ada seseorang yang lebih baik dan lebih mengerti keadaan diri kita selain kita sendiri. Kita tidak memerlukan persetujuan dari pihak lain atas apa yang kita lakukan dan putuskan untuk hidup kita. Yakinkan diri bahwa kitalah yang berhak dan berkuasa atas diri kita.

Jika ada orang yang ingin merampas kebahagiaan kita dengan perilaku mendiamkan, maka kita harus melindungi diri kita dari semua itu. Jika mungkin masih bisa dipertahankan, maka bertahanlah. Namun jika kebahagiaan sudah terampas, maka pergilah. Orang yang benar-benar saling mencintai, seharusnya bisa saling memberi kasih sayang, bukan merampas kebahagiaan dengan meninggalkan luka yang mendalam.

Sisi Lain Silent Treatment yang Bermanfaat

Pendekatan untuk memecahkan masalah yang rumit dan mencegah semakin memburuknya hubungan. Pendekatan ini bisa dijadikan sebagai upaya yang tepat untuk saling menilai diri dan mencari sudut pandang yang berbeda. Ada beberapa manfaat yang bisa diambil dari silent treatment, namun lakukan hal ini untuk bisa saling memahami keadaan, bukan untuk menghukum dan menyalahkan.

Menenangkan situasi

Seringkali ketika konflik baru terjadi, suasana menjadi panas dan tegang. Dialog memang ada, namun lebih kepada komunikasi satu arah dimana kedua pihak saling menyalahkan, menganggap diri yang paling benar. Ketika suasana itu terjadi, silent treatment mungkin bisa menjadi pilihan untuk menenangkan situasi sementara waktu.

Memberi ruang

Tekanan yang muncul saat konflik terjadi, membuat seseorang merasa terpukul, pikiran kurang jernih, dan emosi meningkat. Dalam keadaan ini, sangat sulit baginya untuk mencari solusi dan pemecahan masalah.

Adakalanya sebagian orang memilih untuk menyelesaikan secara langsung, namun ada juga sebagian yang lain memilih untuk menggunakan silent treatment sebagai langkah untuk merenungkan tindakan yang terbaik. Dalam kasus ini, kita harus bisa menghormati keputusan mereka untuk sejenak pergi menjernihkan pikiran, memberi ruang berpikir, bukan justru mengintimidasi mereka.

Sebagai pembuat batasan

Saat terlibat dalam konflik, adu argument sengit, namun kita justru mendapat intimidasi, penindasan secara verbal, dan merasa tidak dihormati ucapan kita, pergi meninggalkan percakapan adalah sebagai bentuk batasan yang kita buat. Hal ini bertujuan agar mereka mengerti bahwa dengan cara yang mereka lakukan tidak akan membuahkan solusi yang baik. Namun yang perlu diingat bahwa, kita harus memberi tahu mereka tentang kapan akan melanjutkan perbincangan selanjutnya.

Silent Treatment Dalam Pandangan Islam

Dari Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal bagi muslim memutuskan persahabatan dengan saudaranya lebih dari tiga malam. Mereka bertemu, lalu seseorang berpaling dan lainnya juga berpaling. Yang paling baik di antara keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6077 dan Muslim, no. 2560].

Dari hadist tersebut kita bisa mnyimpulkan bahwa silent treatment, mendiamkan seseorang lebih dari tiga hari merupakan hal yang dilarang. Mendiamkan bisa diartikan sebagai “Aku tidak sudi berbicara denganmu”. Oleh karena itu, perilaku ini juga bisa memutuskan hubungan. Dan memutuskan hubungan sesama saudara seiman merupakan hal yang dilarang.

Itulah beberapa ulasan tentang silent treatment. Semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang disekitar kita.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top