Retorika Sebuah Seni Mempengaruhi Orang Lain Penuh Etika

Retorika Untuk Mempengaruhi Orang Lain

Retorika atau seni berkomunikasi diperlukan untuk mempermudah dalam mempengaruhi orang lain baik dalam berpidato maupun berdebat. Dalam komunikasi untuk mempengaruhi orang lain, kita membutuhkan etika atau tata cara yang tepat. Etika ini perlu kita kuasai untuk membuat gagasan kita terdengar menarik dan meyakinkan. Oleh karena itu kita perlu belajar retorika.

Dalam debat, pandai bicara bukanlah hanya sekedar bisa memenangkan gagasan yang kita sampaikan. Melainkan bagaimana lawan bicara bersedia mengikuti gagasan kita. Kita harus bisa memasukkan kebenaran pada lawan bicara. Ada sebagian orang yang dengan sedikit argumen mampu mempengaruhi orang lain. Sementara ada sebagian yang lain harus berdebat terlebih dahulu agar orang lain mau mengikuti gagasannya. Bahkan tak jarang lawan bicara tetap tidak bersedia mengikuti meskipun telah kalah dalam berargumen. Kita harus menggunakan retorika untuk mempengaruhi orang lain.

Retorika Untuk Mempengaruhi Orang Lain

Dalam retorika, yang dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain, kita harus berusaha bicara dengan tepat, mengajak dengan bujukan, serta menarik perhatian. Mempengaruhi orang lain harus mempunyai tiga bekal etika retorika atau bisa disebut dengan tiga faktor utama (trivium) yaitu ethos (karakter/ pembawaan), pathos (ikatan emosional), dan logos (argumen yang masuk akal).

Persuader Harus Punya Ethos Ketika Melakukan Retorika

Elemen retorika pertama adalah ethos yang berarti pembicara secara moral harus berkualitas dan terpercaya. Terdapat dua elemen ethos, yaitu kredibilitas dan faktor yang mempengaruhi ketika melakukan retorika. Kredibilitas bukanlah faktor yang ada dalam kendali pembicara untuk bisa mempengaruhi orang lain. Contoh kredibilitas adalah ketika seorang dokter yang mendiagnosa suatu penyakit. Maka orang akan mudah percaya karena ia ahli dalam bidangnya. Jika yang menyampaikan adalah seorang pedagang, mungkin rasa kepercayaannya berkurang atau sama sekali tidak ada orang yang mau percaya.

Elemen kedua dalam ethos meliputi seberapa fasih ia dalam menyampaikan gagasan, bagaimana menggunakan gerak tubuh, kontak mata, variasi vokal, dan sebagainya. Jika ia menyampaikan gagasannya dengan selalu menunduk, suara datar, pakaian yang lusuh, dan gerak tubuh yang gugup dan merasa tidak nyaman. Maka bisa dipastikan gagasan tersebut tidak akan mudah untuk bisa mempengaruhi orang lain. Kedua hal ini sangat penting dalam retorika, yaitu kredibilitas dan cara penyampaian untuk bisa membuat orang yakin dan mau mengikuti gagasan kita karena mereka percaya dengan etos yang kita miliki.

Dalam diskusi, banyak orang sulit mengikuti orang yang tidak bisa dipercaya dan tidak kredibel. Orang yang hanya pandai retorika tanpa tindakan nyata. Atau orang yang hanya mengutamakan kepentingan pribadinya dengan mengatasnamakan kepentingan bersama. Sebagus apapun gagasan, jika orang tidak punya kredibilitas yang  bisa dipercaya, maka tidak akan ada orang yang mau mengikuti. Orang dengan ethos yang kuat, tidak perlu panjang lebar dalam retorika untuk meyakinkan gagasannya. Cukup beberapa kata, orang akan patuh dengan perintahnya. Jika belum mempunyai etos, maka bangunlah etos itu dengan pembiasaan setiap hari. Dengan pembiasaan maka kita bisa mengubah watak yang kita miliki sesuai dengan yang kita inginkan. Bangun kredibilitas moral yang tinggi untuk dapat dengan mudah mempengaruhi orang lain.

Gunakan Pathos dalam Retorika

Pathos adalah emosi yang terlibat ketika melakukan retorika. Bukti sukses bisa mempengaruhi orang lain dengan retorika adalah emosi yang timbul setelah kita menyampaikan gagasan kita. Dalam retorika, pathos terkait dengan emosional pendengar. Pertama-tama kita ukur situasi emosional seseorang atau kelompok yang tuju, kemudian mendesain daya tarik agar sesuai dengan kondisi emosi pendengar. Bagaimana kita membangkitkan emosi orang dengan memahami dulu emosi orang tersebut. Bisa dengan menghadirkan rasa bersalah kepada seseorang karena telah membuat orang lain terluka. Yaitu dengan kata-kata jika saja orang yang terluka itu sehat, maka ia bisa menjadi juara, sayang sekali ia terluka gara-gara orang yang tidak bertanggung jawab. Atau bisa juga dengan yang lainnya.

Contoh lain ketika ada anggota keluarga yang merokok. Kita beri nasihat supaya tidak merokok namun sulit. Maka kita bisa memberitahunya bahwa dengan merokok kamu bisa menyebabkan anggota keluarga yang lain terkena gangguan kesehatan karena menghirup rokok secara pasif. Dan untuk biaya perawatan sakit akibat seringnya menghirup rokok tidaklah murah.

Atau bisa juga retorika dengan tujuan untuk bersemangat mengejar target. Orang bisa menjadi lebih bersemangat ketika kita menyampaikan besaran tunjangan, jenjang karir, dan bonus Jika kita menginginkan orang untuk lebih mempunyai empati kepada orang lain, orang tersebut lantas memberikan donasi dan bantuan. Jika hal yang kita sampaikan sedih, maka mereka menangis. Yang kita sampaikan hal yang menyenangkan, maka ia tertawa. Maka, kita telah sukses dalam mempengaruhi orang lain.

Aristoteles juga menyebut ada sejumlah nilai umum yang ada dalam kesadaran dan emosional pendengar yang bisa didekati oleh pembicara ketika melakukan retorika, misalnya pengendalian diri, murah hati, menjauhi sikap egois, kemanusiaan, kebijaksanaan, keberanian, dan lain-lain. Itu ha-hal yang bisa kita bangun dari pathos.

Logos, Gagasan yang Disampaikan Harus Masuk Akal

Yaitu elemen ketiga retorika dengan cara pendekatan pada intelektual dan rasionalitas kepada pendengar. Logos berarti retorika dengan menggunakan logika. Gagasan haruslah masuk akal dan bisa dicerna oleh orang lain. Meskipun seseorang mempunyai etos dan kredibilitas yang tinggi, namun jika hal yang ia bicarakan tidak mempunyai dasar atau penyampaiannya dengan bahasa yang tidak mudah orang lain pahami, maka akan sulit mempengaruhi orang lain.

Retorika harus didukung oleh rujukan yang tepat dan kuat. Misalnya dengan perhitungan, persentase keberhasilan, mitigasi risiko, data statistik, atau pasal-pasal dalam undang-undang, dan yang lainnya. Jika argument tadi disampaikan dengan logos, maka gagsan itu akan bisa diterima dengan baik. Misalnya dalam penggalangan dana korban gempa bumi. Kita harus menyiapkan data-data berapa rumah yang rusak, orang yang mengungsi, kebutuhan dasar yang harus tersedia untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan kisaran berapa dana yang harus terkumpul. Retorika seperti ini akan meyakinkan bagi donator untuk memberikan dananya.

Dalam retorika sebagai usaha untuk mempengaruhi orang lain, maka butuh kombinasi tiga faktor tersebut untuk di implementasikan. Ketiga elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, dan tidak bisa berdiri sendiri.

Etika komunikasi yang dibahas adalah prinsip-prinsip komunikasi. Konten logis yang benar dan salah. Moral atau etika yang baik dan buruk. Nilai estetika, yaitu pantas atau tidak dalam implementasinya. Bicaralah yang logis (benar) menggunakan etika yang baik dan dilakukan secara pantas sesuai dengan keadaan. Setiap orang pasti berkomunikasi karena setiap orang adalah makhluk sosial.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top