Berbakti Kepada Orang Tua
Perintah Untuk Berbakti Kepada Orang Tua
Perintah berbuat baik dan berbakti kepada orang tua merujuk surah Luqman ayat 14 yang artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Berbakti kepada orang tua adalah pintu surga paling tengah dan yang paling bagus. Bentuk berbakti adalah membersamai orang tua. Kita harus mengingat tiga masa kesulitan ibu yaitu saat hamil, melahirkan, dan menyusui. Agar kita tidak meninggalkan berbakti kepadanya.
Hal itu diterangkan dalam surah Luqman ayat 14 yang artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Tidak Menunjukkan Rasa Bosan Selama Berbakti Kepada Orang Tua
Salah satu bentuk berbakti kita kepada orang tua yaitu dengan tidak menunjukkan kata-kata bosan dalam masa berbakti. Mengeluarkan kata-kata seperti “ahh” atau “uff” kepada kedua orang tua ketika mereka sudah tua renta dan hidup berdampingan dengan kita. Karena kata-kata seperti itu sangat menyakitkan pada kondisi ketika orang tua sudah renta, lemah tidak berdaya dan hanya mengandalkan bantuan dari kita.
Mungkin kata-kata seperti “ahh” dan “uff” tidak terlalu berarti di kala orang tua masih sehat dan mandiri. Tetapi akan sangat menyakitkan jika terdengar saat sudah renta. Orang tua sering merasa menjadi beban dan lebih sensitif perasaannya. Jangan tunjukkan kebosanan selama kita berbakti.
Perintah berbakti tersebut ada dalam Al-quran surah Al-Isra ayat 23. Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”
Tidak Membentak Orang Tua
Jika berkata “ahh” atau “uff” saja tidak diperbolehkan selama berbakti, maka jangan pernah membentak orang tua. Baik mereka sudah renta maupun masih bisa mandiri. Membentak adalah wujud kesombongan kita terhadap orang tua. Kita seringnya merasa lebih tahu, lebih pintar, dan menganggap orang tua sangat kolot dan kuno. Ketika orang tua menasihati, seringnya kita hanya menganggap angin lalu saja. Atau bahkan kita sering menjawab sudah tahu. Padahal orang tua hanya ingin kita mendengarkan.
Orang tua menyekolahkan kita supaya kita lebih pandai daripada mereka. Supaya kita mempunyai hidup yang lebih baik daripada mereka. Namun janganlah kepandaian itu kita gunakan untuk membodoh-bodohkan dan menyepelkan orang tua. Wujud berbakti adalah dengan bersikaplah tawadhu’ serta merendah kepada keduanya. Bersikaplah layaknya seperti seorang anak. Doakan keduanya. Berkata-katalah dengan perkataan mulia sebagai wujud berbakti kita pada orang tua.
Contoh lain bentuk berbakti kepada kedua orang tua adalah ketika ia tidak menangkis atau menghindar dari pukulan orang tua ketika menasihati namun kita terlalu membandel (tentu ketika orang tua boleh memukul sesuai syariat dan ketentuan). Menatap tajam orang tua, membuat sedih orang tua, bukanlah wujud anak yang berbakti. Dosa besar paling besar setelah menyekutukan Allah, adalah durhaka kepada orang tua dan menjadi saksi palsu.

Wujud Berbakti Kepada Orang Tua
Wujud berbakti dengan menrendahkan diri dihadapan orang tua terdapat dalam surah Al-Isra ayat 24 yang artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah merawat aku pada waktu kecil.”
Doa seperti mereka merawat ketika masih kecil. Ketika anak masih bergantung untuk apa saja pada orang tua. Ketika anak belum bisa membersihkan kotorannya sendiri. Saat anak belum bisa makan dan berjalan. Supaya anak ingat betapa letih dan capeknya merawat anak ketika masih kecil. Siang malam harus standby berada disampingnya. Dengan doa seperti ini diharapkan rasa sayang anak bertambah kepada orang tua ketika merawat orang tua yang sudah renta dan tidak cepat merasa bosan untuk berbakti.
Berbakti Kepada Orang Tua Adalah Amal Mulia
Berbakti kepada orang tua termasuk amal yang paling utama apalagi jika dilakukan di bulan ramadhan. Merupakan amal mulia untuk mendekatkan diri kepada Allah dan merupakan bentuk ketaatan kepada Allah yang paling agung setelah menunaikan perintah Allah dan Rasulnya. Berbakti sebagai jalan untuk masuk surga. Berbakti adalah taat kepada keduanya selagi itu bukan kemaksiatan dan masih dalam kemampuan anak.
Tidak boleh berbakti ketika itu ada kemaksiatan tertera dalam surah Luqman ayat 15 yang artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Berbakti kepada orang tua termasuk dalam kategori jihad. Karena berbakti merupakan tugas yang tidak mudah, butuh kesabaran ekstra. Bahkan ketika orang tua sedang membutuhkan, nabi pun melarang seseorang untuk ikut berperang demi mendahulukan urusan berbakti kepada orang tua.
Berbakti Kepada Orang Tua Berarti Berkorban
Melakukan segala sesuatu dengan rasa kasih sayang. Rendahkan diri karena kasih sayang dan mendoakannya. Jika orang tua memerlukan sesuatu, maka cepatlah mendatanginya seperti burung terbang, gesit dan cepat. Jawablah panggilan orang tua, penuhi kebutuhannya, agar kita mendapatkan ridho/ rasa senang dan puas orang tua serta iringi dengan mendo’akannya agar orang tua kita mendapatkan rahmat dan ampunan.
Bentuk berbakti itu tidak hanya melakukan hal-hal yang kita sukai saja, namun juga hal-hal yang tidak kita sukai. Misalnya orang tua meminta kita untuk membelikan sesuatu, maka kita tidak keberatan untuk memenuhi permintaan itu karena kita juga senang belanja. Apalagi belanja pakai uang tabungan orang tua. Ketika orang tua meminta kita untuk mengantarkan ke dokter, kita tidak mau karena kita tidak suka dengan bau aroma obat-obatan. Hal seperti itu bukanlah termasuk dalam kategori berbakti.
Berbakti adalah melakukan semua permintaan orang tua, selagi bukan kemaksiatan dan kita masih punya kemampuan yang dilakukan tanpa harus berdebat, diskusi yang panjang, dan tanpa membantah. Itulah anak yang berbakti. Tidak bisa disebut bakti jika hanya melakukan hal-hal yang kita inginkan. Hal seperti itu bukanlah berbakti, namun hobi.
Janganlah meninggalkan berbakti kepada orang tua hanya karena kitau sedang melaksanakan ibadah yang sunnah. Misalnya ketika orang tua memanggil dan kita sedang membaca Al Quran atau sholat Sunnah. Maka tinggalkan yang Sunnah demi berbakti kepada orang tua. Juga janganlah meninggalkan berbakti demi memilih hal yang lebih kita sukai. Misalnya orang tua meminta kita untuk menemaninya berbuka puasa, namun kita enggan dan memilih berbuka bersama teman-teman kita.
Bagaimana Jika Meninggalkan Orang Tua di Panti Jompo
Tidak menjadi masalah ketika kita menitipkan orang tua di panti jompo. Pagi kita antar sore kita jemput untuk pulang, itu tidak mengurangi bentuk berbakti kita kepada orang tua. Kita berpikiran bahwa ada yang akan merawat orang tua kita selagi kita sibuk bekerja. Orang tua juga akan senang jika ia bertemu dan bisa berinteraksi dengan teman-teman seumurannya. Kadang kala orang tua tidak merasa nyaman di rumah karena kita dan anak-anak kita tidak bisa mengimbangi obrolan mereka.
Lantas bagaimana jika kita meninggalkan orang tua di panti jompo? Apakah itu juga termasuk berbakti? Hal itu ternyata boleh kita lakukan. Dengan kasus seperti ketika orang tua dahulunya tidak pernah mengurus kita dan meninggalakan kita saat kita masih kecil. Tidak pernah menafkahi dan merawat kita sejak kecil. Setelah menjadi tua ia mencari kita untuk merawatnya.
Maka kita boleh meninggalkannya di panti jompo dengan membiayai semua kebutuhan perawatannya. Hanya itu bentuk berbakti kita yang bisa kita lakukan. Karena tentu ada rasa kesal sebagai manusia karena dahulu ditinggalkan begitu saja saat masih kecil. Maka meninggalkan orang tua di panti jompo tidaklah salah. Ada durhaka orang tua terhadap anak di masa yang lalu. Namun jika hati kuat menerima, merawat orang tua jauh lebih baik.

Durhaka Kepada Orang Tua
Lawan dari Berbakti adalah durhaka kepada kedua orang tua. Yaitu memboikot dalam arti tidak mau berbicara dengan orang tua atau dengan mendiamkan orang tua. Durhaka juga berarti tidak pernah berbuat baik kepada orang tua, baik dengan tenaga maupun hartanya.
Perintah untuk berbakti dan tidak durhaka kepada kedua orang tua ada pada surah Al-Anam ayat 151 yang artinya: “Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).”
Bentuk Durhaka
Bentuk lain dari durhaka adalah dengan menomorsatukan istri daripada berbakti kedua orang tua. Hal seperti ini bukanlah bentuk istri yang sholihah. Ketika orang tua minta untuk diantar kesuatu tempat, dan istri juga minta ditemani ke suatu tempat dalam waktu yang bersamaan dengan tujuan yang berbeda. Kita lebih memilih mengantar istri dan menunda mengantar orang tua. Apalagi istri marah ketika kita lebih mengutamakan orang tua. Tidak ada kebaikan bagi istri semacam ini. . Membantu dan mendorong suami untuk berbakti kepada orang tua itu merupakan kualitas seorang istri sholihah yang istimewa. Ia akan berusaha untuk mendapatkan cinta orang tua suami.
Kita boleh menerima usulan dari orang tua untuk menceraikan istri, jika orang tua meminta. Dengan rincian istri /suami melanggar syariat agama, berbuat selingkuh misalnya. Rincian kedua bahwa dengan perceraian itu tidak menimbulkan mudharat pada kita. Maka kita bisa menerima usulan perceraian dari orang tua kita sebagai wujud bakti kita. Jika istri itu buruk perangainya dan nasabnya, tidak mau diatur, maka menceraikannya itu lebih baik.
Membuat orang tua menangis adalah bentuk durhaka. Membersamai dengan dekat hingga suara nafas kita terdengar oleh orang tua maka itu lebih baik daripada sabetan pedang saat jihad berperang. Sedangkan perbuatan tidak mengunjungi orang tua dalam jangka waktu yang lama padahal jaraknya dekat sama dengan durhaka. Tidak pernah menanyakan kabar kesehatan dan kondisi ekonomi orang tua, tidak menghormati atau menyambut kedatangan orang tua ketika berkunjung, serta tidak merespon positif permintaan orang tua. Merasa hebat, pintar, kaya dan malu untuk menyebut bahwa mereka orang tua kita di kahalayak umum. Itu bukanlah wujud berbakti.
Berbakti Kepada Orang Tua Ketika Sudah Meninggal
Bentuk berbakti kita ketika orang tua telah meninggah yaitu dengan mendoakan, melaksankan wasiat atau pesannya, bersedekah atau berwakaf atas nama orang tua, serta menjalin silaturrahmi kepada kerabat orang tua. Syaratnya orang tua meninggal dalam keadaan muslim. Jika orang tua meninggal dalam keadaan kafir, maka berbakti cukup saat masih hidup di dunia saja.
Hal ini diterangkan dalam Hadist Riwayat Muslim yang artinya: Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah bersabda: “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya.”(HR Muslim)
Dan hadist riwayat Abu Daud yang artinya: “Wahai Rasulullah, apa masih ada cara berbakti kepada orang tua setelah meninggal?” Beliau menjawab: “Ya, dengan mendoakan, meminta ampun untuknya, melaksanakan wasiatnya, menyambung silaturahmi yang tidak bisa disambung kecuali jalan mereka dan memuliakan teman-temannya,”