Manisnya Ghibah Tak Semanis Dosanya
Apa Itu Ghibah?
Ghibah artinya membicarakan tentang seseorang yang sedang tidak berada disisimu dengan perkataan yang jika ia mendengarnya ia tidak akan menyukainya. Dalam bahasa yang sederhana, ghibah adalah kamu sedang membuka aib (keburukan) seseorang dibelakang orang tersebut. Jika memang benar apa yang kamu katakan tentang aib tersebut, maka berarti kamu telah mengghibahnya. Jika tidak benar, berarti kamu telah memfitnahnya.
Ghibah itu manis, tapi tak semanis dosanya. Atau bisa juga terasa gurih, seperti makan kacang, kalo sudah makan beberapa biji, susah untuk berhenti. Awal makan, bisa memilih yang bagus, tapi kalo sudah mau habis, yang jelekpun mu. Ghibah juga seperti itu. Kadang dipembicaraan awal, lima menit sepuluh menit, masih membicarakan orang yang bagus-bagus aja, tapi semakin lama, secara nggak sadar kamu akan membuka aib-aib orang. Makanya jangan kelamaan kalo mengobrol, nanti jatuhnya jadi ghibah.
Akibat Suka Ghibah
Akibat ghibah itu tidak semanis dan segurih saat kamu melakukannya. Allah akan membuka aib bagi kamu yang senang mencari-cari aib orang lain. Dosa ghibah itu lebih keras dari dosa zina dan minum khamr. Zina dan minum khamr itu dosanya bisa terampuni dengan taubat yang tulus kepada Allah. Sedanagkan ghibah, sebelum orang yang kamu ghibahi itu memaafkanmu, Allah tidak akan mengampunimu. Berat kan?
Bukan hanya itu, pahala kebaikan yang kamu punya juga akan secara otomatis tertransfer kepada orang yang kamu ghibah. Jika kamu minim kebaikan, maka dosa keburukan orang yang kamu ghibah akan tertransfer kekamu. Udah rajin puasa, sholat, sedekah, baca Al-qur’an, naik haji, ehh malah pahalanya kamu transfer ke orang. Nggak rugi?
Apa Saja yang Bisa Mauk Kategori Ghibah?
Kategori ghibah adalah segala sesuatu yang kamu maksudkan sebagai celaan. Baik dengan perkatan, dengan isyarat seperti kedipan mata, ataupun melalui tulisan. Celaan itu bisa berhubungan dengan kekurangan fisik, menyangkut garis keturunan, cara berpakaian, atau pun menyangkut keburukan akhlaknya. Orang yang mendengarkan ghibah dosanya sama seperti orang yang mengghibah. Kecuali orang itu mengingkari dengan hati dan lisannya. Jika memungkinkan, kamu boleh memotongnya dengan mengalihkan ke pembicaraan ke masalah lainnya.
“Barangsiapa ada orang mukmin yang dihinakan disisinya, dan ia sanggup membelanya (namun tidak melakukannya) maka Allah menghinakannya dihadapan banyak orang. Barangsiapa membela orang mukmin dari orang munafik yang menggunjingnya, maka Allah mengutus seorang malaikat yang menjaga dagingnya dari sengatan neraka jahannam pada hari kiamat”
Motivasi yang Mendorong Kamu Untuk Berghibah
Pasti ada alasan buat kamu untuk berghibah. Nggak mungkin dong kamu melakukannya tiba-tiba tanpa punya motivasi apapun? Cuma kadang saja kamu tidak menyadari bahwa kamu itu sedang ghibah. Nah, berikut beberapa poin yang bisa menyebabkan kamu ghibah:
Melampiaskan Kemarahan
Misal nih ada orang yang komen sama apa yang kamu pakai. Terus kamu bilang, lah terus kamu tersinggung dan marah. Kemudian kamu menceritakan keburukan-keburukan orang tadi kepada orang lain. Atau kamu punya tetangga yang sering menghidupkan TV atau musik terlalu keras, kemudian kamu jadi marah. Terus kamu ceritakan keburukan tetanggamu ke tetangga yang lain bukan hanya masalah TV tadi, tapi kamu juga ceritakan tentang keburukan yang lainnya.
Sebagai pembelaan teman karena ingin mempertahankan keharmonisan
Biasanya nih, kamu yang seneng berkumpul dengan teman-teman kamu merasa nggak enak ketika teman kamu berbicara tentang musuhnya, tapi bukan musuh kamu. Nah, supaya kamu terlihat empati sama temen kamu, biar pertemanan kamu bisa tetap harmonis, kamu sungguh-sungguh mendengarkan ceritanya. Parah lagi jika kamu menambahi atau membumbui dengan cerita keburukan orang itu. Ya jadinya ghibah berjamaah, sampai kacang gorengnya habis.
Kamu Ingin Wibawamu Terangkat
Mengangkat wibawa diri dengan cara merendahkan orang lain. Kamu sering kan ngelakuin hal ini? Hayo ngaku. Itu berarti kamu belum pede dengan kemampuan atau potensi kamu sendiri. Biasanya kamu membandingkan kelebihan yang kamu punya sama kekurangan orang yang kamu ghibah agar kamu terlihat lebih sempurrrrrr……na. Kalo kamu tidak pede dengan kemampuan kamu, kamu akan mencari sosok yang lebih hebat untuk membandingkan dia dengan orang itu. Rasa dengki yang kamu miliki biasanya yang memicu kamu melakukan tindakan itu.
Sebagai Candaan
Kalo ini sepertinya sudah umum, bahkan ada ajang pencarian bakat untuk orang-orang seperti ini. Menyebutkan kekurangan orang denga maksud untuk membuat orang-orang tertawa. Sekarang malah menjadi sebuah profesi, dibayar tinggi lagi.
Cara Agar Kamu Berhenti Ghibah
Kamu sudah tahu ghibah itu apa, mengerti betapa ruginya jika kamu melakukannya. Sekarang pengen tahu bagaimana caranya biar nggak ghibah lagi? Simak penjelasan berikut :
Mendapat Murka Allah
Orang yang melakukan ghibah akan mendapat murka Allah. Jika kamu tahu ghibah itu dilarang dan kmau tetap melakukannya, berarti kamu sedang menjerumuskan diri untuk mendapat murka Allah. Perbuatan seperti itu menandakan bahwa kamu tidak sayang pada diri kamu sendiri.
Instropeksi Diri
Membangun sikap otokritik (mengkritik diri sendiri) dengan cara melihat aib dan keburukan yang kamu punya. Sibuk mengoreksi diri sendiri. Merasa malu mengungkap aib orang lain, sedangkan kamu penuh dengan aib. Jikapun kamu tidak merasa tidak punya aib, maka bersyukurlah kepada Allah, bukan lantas mengotori diri dengan aib yang buruk lagi yaitu ghibah. Bukankah kamu tidak rela jika kamu dighibah orang lain?
Seperti kamu punya rumah dari kaca, maka jangan suka melempari rumah tetangga. Jika mereka marah, habislah rumahmu. Begitu juga dengan ghibah, orang lain juga punya mata dan telinga untuk mencari dan mengumpulkan informasi tentang keburukanmu. Jangan lagi melakukan ghibah, karena orang lain juga punya kesempatan untuk membicarakanmu dibelakang.
Sadari Hal-hal yang Bikin Kamu ghibah
Diatas sudah ada penjelasan apa saja yang memotivasi kamu untuk ghibah. Kamu hanya perlu memotong atau menghentikan penyebabnya. Menjaga pergaulan dengan teman-teman yang suka ghibah dapat bisa kamu atasi dengan cara memberi tahu bahwa Allah marah kepada siapapun yang mencari keridhaan manusia dengan cara membuat Allah murka. Yang harus kamu lakukan adalah marah kepada teman-temanmu yang mengajakmu ghibah.
Ghibah yang muncul karena buruk sangka
Kamu tidak berhak berburuk sangka kepada orang kecuali terungkap suatu bukti yang tidak memerlukan penerjemahan, alias sudah sangat jelas. Atau ada orang yang kamu percaya menyampaikan kepadamu dan hatimu membenarkannya. Hal seperti ini bisa dimaklumi. Tapi jika kamu mendustakan orang yang kamu percaya, berarti kamu telah berburuk sangka kepada orang yang memberi kabar tersebut.
Jadi seharusnya kamu tidak berbaik sangka kepada seseorang, namun berburuk sangka kepada yang lain. Seharusnya kamu melakukan cek dan ricek terlebih dahulu, apakah diantara keduanya ada permusuhan atau kedengkian? Pada saat itulah kamu bisa membuat keputusan. Jika terlintas rasa buruk sangka kepada seseorang, maka kamu sebaiknya mendoakannya kepada kebaikan. Cara seperti ini bisa menyingkirkan syaitan sehingga kamu tidak berburuk sangka.
Jika ada seseorang yan nyata-nyata melakukan kesalahan maka nasihatilah dengan cara diam-diam, secara empat mata. Ketahuilah bahwa hasil dari buruk sangka adalah mencari-cari kesalahan orang lain. Hati tidak akan puas dengan buruk sangka, ia akan terus menerus mencari pembenaran dan akhirnya sibuk mencari-cari kesalahan. Hal ini bisa menjerumuskanmu kepada sikap membuka aib. Jika kamu tidak mengetahui aib sesama, maka hatimu akan lebih tenang dan tidak sungkan jika berjumpa dengan orang.
Alasan-alasan yang Mendapatkan Keringanan dalam Ghibah dan Cara Menebusnya
Pertama, karena adanya kedzaliman. Orang yang didzalimi boleh menyebutkan keburukan orang yang telah berbuat dzalim dihadapan orang lain, jika hal itu dianggap bisa mengembalikan haknya.
Kedua, dengan cara meminta pertolongan untuk mengubah sebuah kemungkaran dan mengembalikan orang yang dzalim kepada kebaikan.
Ketiga, meminta fatwa. Ia boleh menyebut nama seseorang dan tindakannya secara langsung. Tapi lebih baik secara tidak langsung. Misalnya, apa pendapat guru tentang seseorang yang menzhalimi ayahnya atau saudaranya? Dan lainnya.
Keempat, memberi peringatan. Orang yang dimintai pendapat saat mencari teman. Orang yang dimintai pendapat dalam perkawinan. Ia boleh menyebutkan apa yang diketahuinya demi tujuan nasihat, bukan untuk melecehkan.
Kelima, memberi penjelasan dengan cara menyebutkan julukan, seperti si pincang, si gagu. Tetapi jika ada cara lain, maka itu lebih baik.
Keenam, Kefasikan dilakukan secara terang-terangan dan dia tidak merasa terlecehkan jika dirinya disebut-sebut. Siapa yang menyingkirkan penutup rasa malu, maka tidak ada salahnya mengghibahnya. Misalkan seorang yang durhaka yang dilaknat karena kedurhakannya, maka ketika disebutkan tentangnya tidak termasuk perbuatan ghibah, karena tiada kehormatan padanya.
Orang yang ghibah melakukan dua pelanggaran :
Pertama, terhadap hak Allah. Maka kafarahnya dengan bertaubat dan menumbuhkan rasa penyesalan.
Kedua, terhadap kehormatan manusia. Jika ghibah yang diungkapkan telah sampai kepada orang yang dighibahi, maka kamu harus menemuinya dan meminta maaf kepadanya, serta menampakkan rasa penyesalan atas apa yang kamu lakukan. Jika ghibahnya belum sampai kepada orang tersebut, permohonan maafnya cukup dengan memohonkan ampunan baginya, memuji kebaikan orang tersebut dan mendoakan kebaikan untuknya. Begitu pila jika orang tersebut telah meninggal.