Semua Orang Ingin Bahagia
Kebahagiaan Itu Absolute Good
Ingin bahagia adalah keinginan paling mendasar manusia di dunia ini. Kebahagiaan itu adalah absolute good cirinya, maksudnya bahwa kebaikan tertinggi adalah mampu merasakan kebahagiaan dalam kondisi apapun. Tidak ada lagi yang menjadi tujuan selain itu, karena kebahagiaan adalah tujuan hidup. Apapun yang kamu lakukan dalam hidupmu pada akhir sasaran tembaknya cuma satu, yaitu kamu ingin bahagia. Entah kamu sadari ataupun tidak. Tiada orang didunia ini yang dengan sengaja mencari kesusahan hidup. Selama dia masih waras akalnya, kecuali dia sudah tidak waras.
Cita-citamu apa? Saya ingin stress kak, belum pernah saya dengar jawaban seperti itu. Semua orang ingin bahagia. Saya ingin depresi kak, ingin gila kak. Setiap orang secara fitrah dia pasti ingin bahagia. Dan bila sudah bahagia, selesai. Dia tidak menginginkan apa-apa lagi sesudah itu. Maka dari itu, kebahagiaan disebut dengan absolute good. Kebajikan puncak itu kebahagiaan. Kamu jujur, kamu rajin, kamu tekun, kamu sabar. Itukan tujuan akhir yang sebenarnya adalah dengan tekun, rajin, sabar, kamu ingin bahagia. Dan memang Allah merancang manusia agar bahagia.
Allah Menciptakan Kita Untuk Bahagia, Maka Berbahagialah
Tujuan Allah menciptakan kita di bumi inikan agar kita bahagia. Allah ingin kita merasa senang, makanya Allah memberi banyak fasilitas yang cocok untuk kita hidup. Bumi dan isinya inikan pas banget untuk kita hidup. Kenapa sih kok Allah sempat-sempatnya memberi kita yang pas luar biasa untuk hidup kita? Karena Allah ingin kita hidup bahagia, apapun tersedia. Kalo ada yang kurang kok tidak ada, itu biasanya karena polah tingkah kita sendiri. Akan tetapi sebenarnya Allah menyediakan penuh dan gratis, tinggal kamu mengelolanya. Kamu dianugerahi dua tangan, dua kaki, dan itu pas. Diberi hal yang luar biasa yaitu akal. Tidak ada hewan yang diberi akal selain manusia.
Jadi Allah itu menciptakan kita itu untuk bahagia. Maka barang siapa galau, bete, sumpek, sedih, nggak mood, kamu sebenarnya sedang melecehkan Allah. Sudah diberi macam-macam kok kamu masih bete, masih galau. Bersyukurlah, dengan bersyukur maka nikmatmu akan ditambah. Karena seandainya akal kita normal, sebenarnya melihat semua fasilitas dari Allah pasti kita akan bersyukur dan bahagia.
Jika Ingin Bahagia, Coba Bandingkan Masalah Hidupmu dengan Nikmat yang Kamu Miliki
Seandainya ada masalah sekalipun, mungkin setiap orang tidak ada yang tidak punya masalah. Jika dipersentase mungkin masalah hidupmu itu tidak ada sepuluh persennya. Nikmat dan kebahagiaan yang kamu dapat dari Allah sangatlah banyak. Silahkan kamu tulis semua problemmu itu apa saja? Kemudian nikmat Allah yang sudah kamu rasakan itu apa saja? Kalo itu dipersentase dari seratus persen variable hidupmu, paling juga tidak ada sepuluh persennya.
Kamu masih bisa makan enak, masih bisa mandi seger, masih bisa minum teh manis, masih bisa tidur nyenyak. Allah menciptakan kita untuk bahagia, maka jangan buat Allah tersinggung dengan setiap hari kamu mengeluh. Capailah kebahagiaan biar Allah senang. Seperti kalian kalo memberi orang lain, membantu orang lain, dan yang dibantu kok terus mengatakan “Alhamdulillah kamu bantu, sekarang hidupk menjadi lebih ringan, urusanku selesai semua”. Kamu sebagai yang membantu kan juga merasa senang.
Tapi kok kalo kamu membantu orang, dan yang dibantu tetap mengeluh terus, merasa masalahnya masih banyak, itu yang sudah membantu juga jadinya tidak enak hati. Jadi berbahagialah. Allah menciptakan kita untuk bahagia. Tidak usah dipikir masalahmu yang cuma sekian persen itu, kalo ada solusi ya diambillah solusi itu, kalo nggak ada ya dipikir lagi, kalo sudah buntu ya dinikmati dulu masalahnya, itu lebih enak. Kalo sudah bertemu dengan konsekuensi atas diam saja dengan tidak mencari solusi, yaitu semakin menumpuknya masalah. Pasti nantinya kita akan otomatis terdorong untuk bergerak sendiri mencari solusi apapun keadaannya.
Semua yang Membahagiakan, Itu Baik
Semua yang membuat seseorang bahagia, itu baik. Namun semua yang membuat kamu resah, itu pasti tidak baik. Jika masalahmu belum selesai-selesai, itu pasti ada yang tidak baik yang sedang kamu kerjakan. Mungkin kamu malas, tidak disiplin, kamu mager, mungkin kamu tidak bisa mengatur waktumu, pasti ada sesuatu yang salah dengan dirimu. Dan itu membawamu pada ketidakbahagiaan.
Dan semua yang membuatmu bahagia itu pasti baik. Jika ada yang tidak baik namun membuatmu bahagia, kamu harus hati-hati. Awas itu jebakan. Mislanya kamu mendapatkan sesuatu dengan cara yang curang, dan kamu merasa senang mendapatkannya, tapi hati-hati dalam praktek hidup yang sejati, awas keliru. Misalnya dalam kapasitasmu kamu tidak berhak mendapatkan jabatan ketua, namun kamu jadi ketua. Orang akan menganggap kamu bisa diandalkan, padahal kamu tidak bisa apa-apa. Itu bahayanya silahkan dinikmati sendiri. Bahayanya akan panjang kamu lalui. Pokoknya yang membuat kamu bahagia itu pasti baik.
Ingin Bahagia Tapi Tertipu
Jika kamu bahagia dengan hal yang tidak baik, itu sebenarnya bukan bahagia, atau sebenarnya itu nikmat sementara. Namun resiko tidak bahagianya sangat panjang. Saya tidak sholat tidak apa-apa, tidak berpuasa, perasaan tetap baik-baik saja, Allah juga tidak cerewet, tidak marah-marah. Oke baik, kamu menghitungnya untuk sekarang, tapi mungkin ada efek yang tidak kamu sadari. Karena ketika Allah memerintah sesuatu itu mungkin rahasianya tidak saat ini, tapi ada skenario yang dibuat oleh Allah untuk mekanisme hidup kita. Karena sudah pasti Allah tidak butuh sholatmu, puasamu, ibadahmu.
Jadi segala yang bisa membuat kamu bahagia itu pasti baik. Atau kebalikanya, kalian melakukan kebaikan tapi kok tidak merasa bahagia? Ketika kebaikan tidak membuat kamu bahagia, berarti ada kesalahpahaman. Ada pemahaman dan pengetahuan yang belum kamu temui. Saya sudah jujur pak, tapi kok masih rumit hidupku ini? Harusnya jujur itu membuat kita bahagia, namun kok malah membuat perasaan menjadi resah? Ada yang keliru dalam pemahamanmu tentang kejujuran dan kebahagiaan dari bersikap jujur. Mungkin konsepmu salah, mungkin konsep bahagia menurut kamu berbeda. Atau sikap jujurmu itu jangan-jangan bukan jujur yang sejati, namun karena terpaksa. Atau mungkin pasti ada hal lain yang keliru. Rumus pokonya, perbuatan baik hasilnya pasti bahagia. Kalo tidak, pasti ada yang salah dengan dirimu.