Marah yang Membuatmu Tak Berarti
Marah merupakan kondisi emosi seseorang dalam merespon keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan hatinya dengan melakukan tindakan-tindakan di luar akal sehat seperti melukai orang lain baik secara fisik ataupun mental dan cenderung negatif. Orang yang marah biasanya rona wajah dan kulitnya berubah menjadi memerah, tangan dan kaki gemetar, tingkah laku tidak terkontrol, muncul tindakan aneh mirip tingkah polah orang gila. Karena memang orang yang marah itu tindakannya tidak selaras dengan akal sehat.
Keadaan Orang yang Sedang Marah
Marah itu gejolak api merah yang berasal dari api neraka, dan manusia tidak menjadi berguna ketika dalam keadaan itu. Karakter marah itu seperti api yang bergejolak, menyala, membara, dan itu adalah karakter dari setan. Sedangkan karakter manusia sesungguhnya itu seperti tanah yang diam dan tenang. Hakikat marah adalah mendidihnya darah di jantung.
Kapanpun seseorang marah, maka api amarahnya berkobar dan membuat darah di jantungnya mendidih, kemudian menyebar keseluruh tubuh. Oleh karena itu wajah, mata dan rona wajahnya terlihat memerah. Darahnya akan kembali turun ketika amarahnya terlampiaskan kepada orang lain yang dianggap sebagai penyebabnya.
Jika seseorang marah terhadap orang yang lebih tinggi kedudukannya, lebih kuat fisiknya, maka ada bentuk penyesalan dari pelampiasan karena tidak mampu untuk menumpahkannya. Sehingga darah akan terpusat pada kulit menuju jantung. Kondisi ini memberi dampak kesedihan dengan tanda wajahnya yang memucat.
Sedangkan jika seseorang marah dengan lawan yang seimbang, akan ada keraguan dalam dirinya apakah ingin melampiaskan marahnya atau tidak. Maka kondisi darahnya akan berubah-ubah, kadang memerah kadang memucat. Maka hanya dengan cara membalaslah, kuatnya amarah akan terlampiaskan.
Kadar Marah Setiap Orang
Marah yang berlebihan itu tidak terpuji karena akan mengeluarkan akal dan agama dari strukturnya. Dalam kondisi ini, mereka tidak dapat berpikir jernih dan tidak bisa membuat pilihan-pilihan. Amarah yang lembek juga tidak terpuji. Karena tidak punya rasa kecemburuan, tidak tersinggung ketika dihina, sehingga tidak bisa menjaga harga dirinya. Tidak bisa melatih dirinya sendiri untuk terus berkembang.
Maka yang sepatutnya adalah yang pertengahan atau proposional. Yaitu orang yang bisa mengendalikan amarah dan tidak berlebihan. Marah yang naik sampai ke otak itu menutupi pikiran yang membuat gelap dunia disekelilingnya, sehingga orang yang marah tidak bisa menerima nasihat.
Penyebab Seseorang Marah
Karakter asal dari manusia itu seperti tanah yang tenang. Maka ketika ia marah pastilah ada sebab-sebab yang membangkitkannya. Diantara sebabnya itu adalah
Ujub
yaitu sifat membanggakan diri dengan pemikiran, ide dan gagasan-gagasannya. Karena terlalu percaya diri maka ia akan marah ketika mendapatkan kritik. Orang yang terlalu bangga dengan dirinya sendiri tidak akan terima saat ada orang yang menganggapnya sepele dan merasa tidak di hargai.
Canda yang berlebihan
Bercanda itu memang perlu jika porsinya pasa dan tidak berlebihan. Canda itu hanya bumbu dalam percakapan, jika berlebihan maka rasanya tidak akan enak bahkan bisa membuat sakit perut. Orang yang banyak bercanda seringkali jatuh pada sikap mengolok-olok sehingga muncul rasa tersinggung dari pihak lain.
Belakangan ini ada beberapa orang yang berprofesi sebagai komedian di tangkap oleh pihak berwenang karena dinilai candaanya menyinggung atau bahasa hukumnya mencemarkan nama baik. Pernah juga terjadi di luar negeri, seorang komedian di pukul dan di hardik karena leluconnya merendahkan pasangan orang tersebut. Rasa tersinggung karena canda itulah yang bisa memicu kemarahan seseorang.
Debat kusir
Debat para supir andong, bukan itu maksudnya. Dalam debat kusir, setiap orang bersikap fanatik terhadap pendapatnya. Menganggap pendapatnya lah yang paling benar sedangkan pendapat orang lain salah. Dalam debat kusir, mereka berdiskusi bukan untuk mencari kebenaran. Namun lebih memaksakan pembenaran dari pihak lain. Jika salah satu dari mereka tidak terima karena pendapatnya tidak diakui, maka timbullah kemarahan. Atau bisa jadi seseorang yang lain marah karena di paksa untuk mengakui kebenaran yang bukan darinya.
Selalu di bantah perkataannya
Selalu di cap salah. Siapapun orangnya, apapun kedudukannya akan emosi jika setiap perkataan dan pendapatnya selalu di bantah. Apalagi di bantah sebelum ia menjelaskan duduk permasalahannya. Kadang orang hanya ingin di dengarkan, alih-alih menerima bantahan. Perlakuan seperti itu akan menimbulkan kemarahan karena sama saja menganggapnya bodoh dan tidak pantas bicara.
Pengkhianatan dalam Perjanjian dan kesepakatan
Setiap pengkhianatan secara otomatis menyalakan rasa marah karena kaget dan kecewa. Seseorang telah menaruh kepercayaan pada orang lain sebagai bagian dari rasa hormat dan kasih sayangnya. Namun yang ia terima berupa pengkhianatan, maka kemarahan yang ditumbulkan karenanya lebih besar dari sekedar di bantah perkataanya. Ia marah karena ego nya tertusuk dari belakang.
Terlalu rakus terhadap harta, kedudukan dan kehormatan
Kenapa terlalu rakus bisa memicu kemarahan? Logisnya, orang akan merasa tidak nyaman ketika ia dalam keadaan yang tidak ia sukai. Terlalu rakus akan membawa orang pada sikap melakukan apa saja untuk mendapatkan sesuatu. Dan ia akan marah kepada diri sendiri jika tidak mampu mendapatkannya. Akibat kemarahan juga akan diterima orang lain disekitarnya karena dinilai menjadi penghambat atau penyebab ia gagal mendapatkan apa yang ia inginkan.
Cara Mengendalikan Marah
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Maka mencegah lahirnya kemarahan itu lebih baik daripada kerusakan dan penyesalan yang diakibatkan setelahnya. Cara agar tidak tersulut amarah, maka harus memangkas atau memadamkan penyebab-penyebabnya seperti yang telah diuraikan diatas. Jangan bersikap ujub, rakus, bercanda secukupnya, hindari debat kusir, dan jangan pernah membuat perjanjian kepada orang yang tidak bisa di percaya.
Jika Terlanjur Marah
Saat amarah memucak, dan pikiran masih sanggup untuk berpikir diantara jeda menahan dan melampiaskannya, maka cobalah cara-cara berikut.
Pikirkan tentang keutamaan menahan amarah, pahala memaafkan, keutamaan sabar terhadap gangguan orang, indahnya bersikap lebut, cuek terhadap orang-orang yang bodoh dan jahil. Orang yang bermartabat itu orang yang bisa menguasai dirinya, sedangkan orang yang marah itu kebalikannya. Maka tanamkan pada diri sendiri bahwa orang yang mampu untuk menguasai diri dan tetap bersikap tenang adalah orang yang terhormat dan orang yang kuat. Sedangkan orang yang suka menghina dan memfitnah biasanya adalah orang rendahan, orang yang mulia akan menghargai dan memuliakan orang lain.
Takuti diri dengan siksa Allah. Kekuasaan Allah atas manusia lebih besar daripada kekuasaan kita terhadap orang yang menyebabkan kita marah. Allah berfirman kepada Adam “Wahai Adam, ingatlah Aku tatkala engkau marah, niscaya Aku akan mengingatkanmu tatkala Aku murka. Aku tidak akan membinasakanmu seperti terhadap orang yang Aku binasakan”.
Ingatkan diri dengan dampak buruk permusuhan dan balas dendam, biasanya serangan musuh terhadap kehormatan dirinya akan lebih keras. Marah menyebabkan permusuhan, rasa dengki, dan balas dendam tiada akhir jika tidak ada salah satu yang bersedia menggunakan akal sehatnya. Hidup tidak akan tenang jika kita mempunyai musuh dan di kelilingi orang yang saling dengki. Maka dari itu lebih baik kendalikan amarahmu.
Pikirkan sebab yang mendorong kita untuk melampiaskannya adalah karena bisikan setan. Karena bisikan setan yang mengatakan kita itu kerdil, rendah, penakut, pecundang, terlecehkan, terhina. Seseorang harus menahan amarahnya mendapatkan posisi mulia di hadapan Allah dan jangan dengarkan perkataan manusia, jangan mencari wajah manusia jika melampiaskan amarah itu keren. Lebih baik menahan amarah dan mendapat posisi mulia dar Allah daripada hanya pujian manusia yang dusta.
Cara Bersikap Lebih Tenang Ketika Sedang Marah
Diam dan Baca ta’awudz
Dengan diam, jangan bicara. Karena bicara ketika marah hanya akan meyakiti hati. Supaya tidak menyesal, maka diamlah.
Membaca ta’awudz, meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
Mengubah posisi tubuh. Yang semula berdiri, kemudian duduk, ketika duduk maka berbaringlah. Berbaring di tanah sebagai refleksi bahwa manusia tercipta dari unsur tanah. Bahwa tanah itu bersifat tenang ketika di injak dan di rendahkan. Maka ketika kita marah, ingatlah untuk kembali ke unsur semula.
Berwudhu
Karena marah itu dari setan, dan setan itu dari api. Api bisa di padamkan dengan air. Selain itu air juga bisa membuat tubuh dan pikiran menjadi relax. Maka berwudhulah.
Pindah Tempat (Berpaling Sementara)
Berpaling dari orang yang membuat kita marah. Cobalah untuk pergi menyendiri saat kemarahan telah merasuki hati. Cara ini akan membuat kita bisa lebih berpikir secara objektif. Sedangkan jika kita masih bersama orang tersebut, maka yang ingin kita lakukan adalah melampiaskannya.
Bercermin
Langkah mudah untuk memadamkan amarah adalah dengan bercermin. Lihatlah betapa buruknya wajah kita ketika kita marah. Seperti melihat seekor anjing buta atau binatang buas yang sedang mengamuk. Maka dari itu banyak kita lihat berbagai minimarket menaruh cermin di belakang kasir agar pengunjung melihat dirinya. Ketika ada komplain atau sesuatu yang tidak sesuai maka ia tidak langsung melampiaskan amarahnya kepada pegawai. Kemarahannya itu akan lekas padam ketika ia melihat rona wajahnya yang lebih menarik ketika bersikap tenang. Banyak juga kan pendapat khalayak ramai, yang lebih suka cowok cool atau cewek yang tenang.
Marah Bukan Akhlak Para Nabi
Cara yang terakhir yaitu dengan berpikir bahwa marah bukanlah akhlak para nabi. Perlu di ingat, akhlak mulia dalam islam bukanlah tanpa amarah, namun amarah yang terkendali atau dengan cara menahannya.
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya” (Q.S. Ali Imran :134)
Sabda Rasullullah, “Barangsiapa yang menahan amarahnya, padahal ia sanggup untuk melampiaskannya, maka Allah memanggilnya di atas kepala para makhluk (pada hari kiamat), hingga Dia menyuruhnya untuk memilih bisadari manapun yang dikehendakinya”
Dari Abu Hurairah, Rasullullah bersabda “ Orang yang kuar itu bukanlah karena bergulat, tetapi karena orang yang kuat itu adalah yang dapat menguasai diri saat marah “ (Muttafaq ‘Alaih).
Seorang bijaksana mengaakan “Jauhilah amarah, karena sesungguhnya dia bisa merusak keimanan seseorang, sebagaimana tetesan racun yang membuat madu menjadi rusak. Dan amarah adalah musuh bagi akal sehat.
Marahmu yang kian menjadi
Membuatku tak mengerti
Nadamu yang terus meninggi
Penuh dengan emosi (Lagu Dan Band)