Ini Bahaya Hasad yang Membawa Malapetaka Bagi Diri Sendiri

Apa Itu Hasad?

Hasad adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan perasaan iri atau dengki terhadap keberhasilan orang lain. Pada dasarnya, hasad melibatkan keinginan untuk menjatuhkan atau merugikan orang lain karena keberhasilannya. Dengan kata lain, hasad merupakan bentuk dari ketidakpuasan atas diri sendiri yang berujung pada perasaan ketidakadilan apabila melihat orang lain lebih beruntung.

Hasad atau iri dengki merupakan salah satu sifat negatif yang sering dijumpai dalam kehidupan sosial. Sifat ini dapat mengakibatkan berbagai masalah baik pada diri sendiri maupun orang lain. Ketika seseorang merasa iri, emosi negatif ini bukan hanya merusak hubungan, tetapi juga dapat merugikan kesehatan mental.

Apa Itu Hasad?

Bahaya Hasad Rasa Iri Dengki dan Cara Menghindarinya

Karakter dasar manusia ia tidak ingin orang yang sejenis dengannya mengunggulinya. Jika ia menjumpainya, maka ia merasa tidak senang. Untuk itulah ingin agar kelebihannya berpindah kepadanya atau  menginginkan agar kelebihannya itu hilang darinya supaya menjadi sekelas lagi.

Manusia saling hasad karena adanya persaingan dengan lainnya untuk mendapatkan satu maksud yang sama-sama mereka inginkan. Sehingga merekapun saling membenci. Sebagai misal, pedagang bakso bisa hasad hanya dengan pedagang bakso lainnya, bukan dengan tukang tambal ban. Jika ia bersaing dalam ramainya penjualan. Pedagang bakso juga bisa hasad dengan tetangganya dalam konteks siapa yang lebih kaya. Jika ia bersaing dalam hal kepemilikan. Seorang murid mempunyai hasad dengan murid lainnya, bukan dengan guru. Semua orang mempunyai sifat iri, karena ia menginginkan selalu menjadi yang lebih unggul dalam hal apapun.

Perbedaan Iri Hati dan Dengki

Iri hati merupakan suatu perasaan susah melihat orang lain senang dan merasa senang ketika melihat orang lain susah. Sifat iri ini menjadi buruk ketika termanifestasi kepada keinginan untuk menjatuhkan orang dan melenyapkan hal yang membuatnya iri.

Sedangkan dengki adalah perasaan tidak senang melihat orang lain mempunyai kelebihan dalam hal apapun, dan ia berusaha agar kelebihan itu sekedar berpindah kepadanya atau bahkan menginginkan agar hilang darinya. Orang dengan sifat dengki tidak rela jika orang lain mengunggulinya. Ia ingin agar orang lain tetap berada dalam posisi lebih rendah atau minimal sama dengan dirinya.

Seperti misalnya, seseorang iri kepada orang lain karena memiliki mobil. Itu hanya sekedar perasaan iri saja. Sedangkan menjadi buruk ketika iri berubah menjadi dengki yang berusaha atau minimal berharap bahwa dengan mobil itu, orang akan mengalami kecelakaan masuk jurang. Sehingga ia ingin agar mobil itu hancur.

Ciri Hasad

Ciri orang yang memiliki penyakit hasad adalah adanya rasa benci terhadap apapun yang orang lain miliki, baik pengetahuan ataupun harta kepemilikan. Ia tidak senang mendengar nama orang itu disebut-sebut beserta kelebihannya. Dan jika ia bertemu, ia tidak merasa nyaman dan berusaha untuk menghindarinya.

Hasad memakan pahala kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering. Dengki merupakan induk dari banyak dosa. Karena hasad orang akan terdorong untuk melakukan ghibah, fitnah, menjatuhkan nama baik, mengajak orang untuk membenci, hingga membunuh. Orang yang bersih hatinya, ia tidak akan dengki terhadap orang yang Allah anugerahi nikmat berlebih. Serta tidak mempunyai kenginan akan ada hal buruk yang menimpa orang lain. Yang ia inginkan adalah agar semua orang tetap sehat dan hidup makmur.

Orang yang mempunyai penyakit hati ini adalah musuh Allah. Karena menentang takdir Allah. Ia tidak rela dengan pembagian Allah kepada makhluknya. Ia tidak rela Allah menjadikan seseorang menjadi lebih baik, lebih kaya, lebih terkenal, dan lebih makmur.

Terdapat dua macam respon ketika seseorang melihat orang lain mendapatkan nikmat berupa kelebihan-kelebihan. Yang pertama adalah sikap hasad, yaitu iri dengki. Yaitu sikap membenci dan menginginkan agar nikmat itu berpindah kepada orang yang hasad atau nikmat itu hilang darinya. Dan sikap yang kedua yaitu ingin mendapatkan bagian yang sama seperti nikmat yang diperoleh orang lain, namun ia tidak menginginkan nikmat yang dimiliki orang lain itu hilang. Ia ingin mendapatkannya dengan cara berusaha. Keinginan yang  dicapai dengan persaingan yang sehat disebut ghibtoh.

Ciri Hasad

Tingkatan Adab Terhadap Kelebihan Orang Lain

“Kalian tidak beriman sampai mencintai kebaikan untuk saudaranya sebagaimana cinta kebaikan itu sendiri.”

Saat berinteraksi dengan manusia, maka berhati-hatilah dengan hati. Jangan hasad atas nikmat yang orang lain miliki. Baik menginginkan nikmat itu berpindah kepadamu maupun ingin agar hilang darinya. Adab yang seharusnya adalah senang melihat orang lain sebagaimana senang melihat keadaan diri sendiri. Para ulama mengatakan, dalam adab ini manusia tebagi menjadi beberapa tingkatan :

Tingkat pertama yaitu merasa senang ketika orang lain tertimpa keburukan dan susah saat mendapatkan kebaikan. Inilah jenis manusia terburuk. Yang kedua, ia merasa tidak senang orang lain tertimpa keburukan namun ia juga tidak senang orang lain mendapat kebaikan. Orang tingkat ini lebih baik dari yang pertama, namun tetap belum mencapai adab yang harus ada dalam diri manusia.

Tingkat yang ketiga adalah orang yang merasa senang ketika orang lain mendapat kebaikan, namun dengan syarat kebaikan itu tetap harus berada di level bawahnya. Tidak suka jika orang lain menyamai dalam bidangnya. Tingkat empat senang saat ada orang lain bisa menyamainya dalam suatu keadaan. Dia bahagia saat orang tersebut mendapat nikmat berupa kelebihan, sebagaimana nikmat itu menghampirinya. Seperti inilah yang harus dimiliki seorang manusia.

Tingkat yang kelima yaitu yang sempurna, ketika ia senang melihat orang lain mendapat nikmat yang lebih darinya. Anjuran tetap berlomba-lomba dalam kebaikan, namun ia tetap senang ketika yang lain mendapat yang lebih baik. Jadi dalam waktu yang sama dia tetap berharap agar orang lain mendapat yang lebih baik. Manusia tingkat lima ini dimana bisa kita temukan? Sangat jarang sekali ada. Maka renungkanlah adab yang mulia ini. Jadilah seperti manusia yang jarang ada.

Sebab Timbulnya Hasad

Permusuhan yang terjadi karena persaingan untuk tujuan yang sama di tempat yang sama. Meskipun tujuannya sama, jika berada di tempat yang berbeda atau berjauhan, maka tidak akan lahir sifat hasad. Adanya rasa sombong, ujub atau berbangga diri, gila kehormatan /ketenaran /popularitas adalah sebab hasad yang lainnya.

Hasad tanda jiwa yang busuk dan pelit. Bagaimana tidak, untuk sesuatu yang ia tidak miliki saja ia enggan orang lain mendapatkannya. Kekayaan, ketenaran adalah nikmat yang Allah berikan, bukan mengambil darinya. Dimatanya, musibah bagi orang lain mereka anggap sebagai azab. Padahal itu hanya ucapan kedengkian yang ada dalam dirinya.

Cara Hilangkan Hasad

Ridho dengan takdir Allah, karena apapun yang terjadi adalah sesuai kehendak-Nya.

Bersikap zuhud untuk perkara dunia, tidak perlu bersaing hanya untuk urusan dunia.

Hibur diri sendiri ketika orang lain Allah berikan nikmat berlebih. Menimbang dan mengingat-ingat dampak buruk atas nikmat dunia, beratnya hisab di akhirat, rasa gelisah jika punya harta banyak. Berpikirlah keadaan yang seperti saya sekarang ini adalah keadaan yang terbaik.

Tidak melakukan tindakan atas perintah jiwa yang terdorong oleh penyakit hasad. Jangan bertindak dzolim, menggunjing, memfitnah, dan lainnya. Hasad yang masih bisa dimaklumi yaitu yang dengan penyakit hasad ia tidak melakukan keburukan apapun. Hasad yang tak terampuni yaitu hasad terhadap orang yang berilmu, yang dengan ilmu itu ia membagikannya. Ia berharap ilmu itu hilang atau berandai-andai jika saja ia tidak diberi ilmu.

Jika hanya ingin lebih pandai sehingga kedudukannya lebih tinggi di hadapan Allah, maka itu termasuk bersaing dalam kebaikan (ghibtoh). Ghibtoh dalam urusan dunia tidaklah terlarang, namun ghibtoh dalam urusan akhirat sangat dianjurkan. Hasad yang boleh adalah yang ditujukan kepada orang yang orang yang Allah berikan harta lantas ia pergunakan di jalan kebenaran (ketaatan). Yang kedua hasad kepada orang yang Allah beri ilmu (hikmah), lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya kepada yang lain.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top