Hilm Bersikap Tetap Tenang Kalem Kuasai Meski Emosi Memuncak

Hilm, Sikap yang Terhormat

Hilm artinya kemampuan seseorang untuk bisa tetap tenang, kalem, dan dapat menguasai diri tatkala ada luapan emosi dan amarah. Ia mampu untuk meredam kemarahan padahal jika ia mau, ia mampu untuk membalas orang yang telah membuatnya marah. Namun apa yang di lakukan orang yang mempunyai sifat hilm saat ada orang lain atau saat berada pada situasi yang membuatnya marah? Ia tetap bisa tenang dan menahan amarahnya.

Hilm, Sikap yang Terhormat

Bahkan orang dengan sifat hilm ini mampu membalas orang yang membuatnya marah dengan kebaikan-kebaikan meski sedang menahan kecamuk amarah di hatinya. Begitulah karakter terhormat orang yang mempunyai sifat hilm. Sabda Nabi Muhammad bahwa orang yang hebat itu bukanlah orang kuat yang pandai berkelahi, namun orang yang hebat itu orang yang tatkala emosi, ia mampu untuk mengendalikannya.

Sikap Hilm Adalah Anugerah

Sifat hilm merupakan sifat yang Allah anugerahkan kepada seseorang semenjak lahir. Maka bersyukurlah orang-orang yang mendapatkannya. Namun bagi orang-orang yang tidak Allah anugerahkan sifat hilm ini semenjak lahir, tetap bisa memilikinya dengan berupaya memaksa diri untuk berlatih sabar setiap harinya hingga sifat hilm telah menjadi karakternya. Ingat, kebiasan yang di latih secara terus menerus maka akan menjadi karakter.

Seperti ilmu yang hanya bisa di raih hanya dengan belajar, begitu juga sikap hilm yang hanya bisa di peroleh dengan berusaha untuk menjadi tenang dan santun dalam setiap keadaan. Sesungguhnya di dalam dirimu ada dua akhlak yang Allah dan Rasul-nya cintai, yaitu santun dan sabar.

Sifat Hilm Allah

Merupakan sifat hilm nya Allah adalah menunda azab untuk manusia yang berbuat dosa di dunia ini hingga hari kiamat nanti. Hadist Nabi yang diriwayatkan imam muslim, “Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan di waktu siang, dan juga membentangkan tangan-Nya di waktu siang untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan di waktu malam, sampai matahari terbit dari arah barat”.

Hadist ini bukan berarti kita boleh menunda-nunda taubat, selagi melakukan dosa harus segera bertaubat karena waktu ajal tidak ada yang mengetahui kecuali Allah.

Contoh Sifat Hilm Orang-orang Hebat

Imam Syafii

Imam syafii terkenal dengan sifat hilm. Jika ada orang bodoh berdebat dengan beliau, beliau mengatakan “engkau benar”. Karena berdebat dengan orang bodoh tidak akan mungkin bisa menang. Imam syafii memberi tips jika berdebat dengan orang bodoh maka lebih baik diamlah. Jika engkau meresponnya maka akan semakin ngawur apa yang dikatakannya. Orang yang berbicara tanpa ilmu di bidangnya, maka dia akan menjelskan hal yang aneh-aneh.

Ibnu Abbas

Seorang lelaki mencaci Ibnu Abbas. Setelah orang tersebut bicara, Ibnu Abbas berkata, “Wahai Ikrimah periksalah, apa ia memiliki keperluan yang bisa kita penuhi? Kemudian orang tadi menundukkan kepalanya dan malu”. Harapan orang yang mencaci maki adalah mendapatkan respon yang serupa, yaitu mencaci atau mendzoliminya, sehingga orang tersebut merasa sama martabat dan kelas sosialnya. Namun orang terhormat tidak akan menghiraukan gangguan-gangguan kecil yang menurutnya tidak menguntungkan dan tidak berpahala. Orang dengan sifat hilm tidak menurunkan martabatnya hanya untuk pertengkaran sepele. Lebih baik, penuhi saja keperluan mereka, dan biarkan ia pergi.

Muawiyah

Contoh lain dari seorang pemimpin yang mempunyai sifat hilm adalah Muawiyah. Seseorang berkata dengan nada tinggi kepada Muawiyah, maka yang lain berkata kepadanya, “Bagaimana jika aku menghukum orang ini?” Muawiyah berkata, “Sesungguhnya aku malu jika rasa santunku tidak terealisasi hanya gara-gara salah seorang dari rakyatku”.

Lantas muawiyah membagi-bagi kulit yang telah disamak. Sebagian dari kulit tersebut, ia bagikan kepada seorang syaikh asal Damaskus, tetapi ternyata barang tadi yang diberikan lewat utusan tidak membuat syaikh itu tertarik. Bahkan ia bersumpah akan memukulkannya ke kepala muawiyah. Utusan muawiyah kembali dan mengabarkan apa yang terjadi. Muawiyah berkata kepadanya “Bersumpahlah, bahwa engkau akan bersikap lemah lembut pada syaikh itu”. Itulah salah satu contoh sifat hilm seorang pemimpin.

Seorang raja yang mempunyai sifat hilm seperti ini, tidak akan mengotori sifat mulianya hanya karena salah seorang dari rakyatnya. Ia tidak mau, jika perbuatan mulia yang selama ini ia kerjakan, terkotori oleh satu orang saja. Sedangkan orang itu, hanyalah satu dari bagian rakyatnya yang memang harus ia perlakukan secara santun.

Abu Dzar

Datanglah budak Abu Dzar sambil membawa seekor domba miliknya yang salah satu kakinya patah. Dia berkata, “Siapakah yang mematahkan kaki domba ini?” Budaknya menjawab, “Hal ini sengaja aku lakukan agar tuan marah dan memukulku, sehingga tuan berdosa”. Abu Dzar berkata, “Tetapi sayang, aku tidak akan marah”. Maka ia memerdekakan budak itu. Sifat hilm bukan hanya tenang ketika orang lain membuatnya marah. Namun ia memadamkan api amarahnya dan membuat setan semakin putus asa dengan berbuat kebaikan. Air toba dibalas dengan air susu.

Ady bin Hatim

Seorang laki-laki mencaci Ady bin Hatim, tetapi dia hanya terdiam. Ketika orang tadi selesai bicara, Ady bin Hatim berkata, “Jika di dalam batinmu masih ada sesuatu yang mengganjal, maka katakanlah sekarang juga sebelum para pemuda kampung ini datang. Sebab jika mereka mendengar ucapanmu kepada pemimpin mereka, tentu mereka tidak akan ridha”. Seorang dengan sifat hilm tidaklah adigang adigung adiguna. Ia tahu siapa lawan yang pantas untuknya. Jadi, ia tak mau meladeni perkara yang tidak bisa membuatnya merugi ataupun beruntung.

Umar bin Abdul Aziz

Pada suatu malam yang gelap gulita, Umar bin Abdul Aziz memasuki sebuah masjid. Tak sengaja ia melewati seseorang yang tengah tidur dan menyentuhnya. Spontan saja orang itu mengangkat kepalanya seraya berkata,” Apakah kamu gila?” Umar menjawab “Tidak”. Orang tadi menyangka bahwa yang telah menyentuhnya itu seorang penjaga. Umar bertanya, “Wahai tuan apakah engkau tadi bertanya jika aku ini gila?”. Tidak. Jawab orang itu.

Ali bin al Husain

Sifat hilm juga bisa kita contoh dari Ali bin al Husain. Seseorang bersua dengannya,maka dia mencacinya. Pembantunya pun marah kepada orang tersebut. Tenang kata Ali. Kemudian ia berjumpa dengan orang tersebut dan berkata, “Apakah yang membuatmu tidak tahu akan urusan kami ini? Lalu apakah engkau mempunyai keperluan yang bisa aku bantu?” orang itu pun malu. Ali langsung memberikan pakaian yang ia kenakannya dan juga memberikan seribu dirham kepadanya. Lalu orang tadi berkata, “Aku bersaksi bahwasannya engkau memang termasuk seorang anak keturunan rasul”.

Cara Memiliki Sifat Hilm

Telah kita ketahui bahwasannya sifat hilm adalah anugerah dari Allah, namun kita bisa memiliki sifat ini dengan beberapa cara. Yaitu dengan membaca sejarah para Nabi terutama Nabi yang berjuluk ulul azmi, yaitu yang mempunyai kesabaran luar biasa dalam berdakwah. Dengan itu kita bisa meneladani sifat hilm. Atau juga bisa membaca sejarah orang-orang sholih terdahulu. Membaca sejarah para alim ulama dalam berdakwah.

Selain itu kita juga bisa mencari sahabat baik yang mempunyai sifat hilm. Dan yang paling utama adalah selalu melatih diri untuk tidak terbawa emosi dan meredam amarah. Berlatih untuk bisa memaafkan orang lain padahal kita sebenarnya mampu untuk membalas. Konsisten melatih diri setiap hari dan berdoa kepada Allah agar diberikan kemudahan untuk memiliki sifat yang mulia ini.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top