Cara Efektif Mengatasi Self Blaming
Melakukan kesalahan baik kecil maupun besar, sudah menjadi hal yang pasti semua orang lakukan. Namanya juga manusia, tempatnya salah dan juga lupa. Namun, jika terus menerus menyalahkan diri sendiri atau self blaming bukanlah hal yang bijak untuk dilakukan. Ya mungkin masih lebih baik daripada selalu menyalahkan orang lain, bisa-bisa malah menjadi konflik yang lebih sulit untuk diselesaikan. Menyalahkan diri sendiri juga harus punya porsi, jangan sampai perilaku ini justru membebani hidup kita yang sudah berat dari sononya.
Penyebab Self Blaming
Ketika seseorang memutuskan untuk menyalahkan diri sendiri, bahkan untuk hal yang tidak pernah ia lakukan, pasti ada sebabnya kenapa hal itu terjadi. Salah satu penyebab utama self blaming adalah tingkat rasa percaya diri yang rendah. Ketika suatu kesalahan terjadi, mereka akan langsung mengakui bahwa hal itu terjadi karena dirinya. Mereka merasa tidak cukup baik untuk melakukan semua hal dengan benar. Mereka juga merasa tidak layak untuk mendapatkan keberhasilan. Perasaan ini membuat mereka berpikir bahwa menyalahkan diri sendiri merupakan hal yang harus ia lakukan.
Pengalaman atau trauma masa lalu juga dapat menjadi penyebab kenapa orang suka melakukan self blaming. Seringnya, trauma meninggalkan bekas yang mendalam. Kesalahan-kesalahan yang dulu pernah terjadi, padahal ia merasa mampu untuk mencegahnya, membuat ia berpikir ia yang pantas untuk disalahkan. Hal ini juga didorong oleh perasaan selalu bertanggung jawab untuk segala hal yang terjadi, meskipun diluar kendali mereka.
Selain faktor internal, perilaku self blaming ini juga dipengaruhi oleh sosial budaya tempat seseorang tumbuh. Terdapat nilai-nilai Masyarakat yang menjunjung tinggi rasa tanggung jawab terhadap kesalahan yang terjadi. Menyalahkan diri sendiri dianggap sebagai perbuatan mulia. Hal ini biasanya karena adanya perbandingan dengan sikap selalu menyalahkan orang lain. Selain itu, kebiasaan menerima kritik dan saran dari lingkungan sekitar juga memperkuat perilaku self blaming. Mereka cenderung akan merasa kurang kompeten alih-alih termotivasi untuk segera pulih dari kesalahan yang telah diperbuat.

Ciri-ciri Perilaku Self Blaming
Kadang kita bingung, antara menyalahkan diri sendiri atau hanya sekedar malas ribet memperpanjang masalah yang disebabkan karena kesalahan yang terjadi. Untuk bisa mengetahui apakah seseorang itu mempunyai perilaku self blaming ataukah tidak, terdapat ciri-ciri yang melekat sebagai tandanya.
1.Perasaan bersalah yang terlalu berlebihan
Mempunyai perasaan bersalah itu baik, namun jika berlebihan itu justru bisa merusak. Ketika melakukan kesalahan dan kegagalan, rasa bersalah itu muncul. Seiring berjalannya waktu, seharusnya kesalahan dijadikan sebagai bahan pembelajaran. Orang yang selalu menyalahkan diri sendiri, akan menggunakan kesalahan itu sebagai beban yang harus ia tanggung sendiri dan tak termaafkan. Padahal semua itu tidaklah sepenuhnya benar.
2.Selalu mengkritik diri sendiri secara keras
Perasaan malu dan rasa tidak puas terhadap diri sendiri ketika melakukan kesalahan akan melahirkan sikap mengkritik terhadap diri sendiri secara berlebihan. Kritik disini bukan hanya menilai seharusnya apa yang dilakukan agar kesalahan itu tidak terjadi. Namun juga sikap merendahkan dan meremehkan kemampuan diri. Padahal yang sebenarnya terjadi, mereka hanya tidak mampu memahami dengan baik situasi yang sebenarnya. Ketidakmampuan inilah yang memperburuk suasana hati dan menurunkan rasa percaya diri.

Dampak Negatif Self Blaming
Perilaku self blaming, menyalahkan diri sendiri secara berlebihan itu tidak baik. Segala sesuatu yang tidak baik akan menimbulkan dampak dalam kehidupan. Salah satu dampak nyatanya adalah stres. Ketika beban hidup sudah terasa berat, kegagalan selalu menghantui, ditambah dengan perilaku meyalahkan diri sendiri secara terus-menerus, maka beban emosional yang dirasakan menjadi sangat berat.
Rasa bersalah yang tidak berkesudahan dirasakan, stress dikepala semakin menumpuk, tantangan masa depan sudah menanti, maka yang tersisa hanyalah perasaan cemas dan depresi. Perasaan bersalah hanya akan memperparah rasa cemas dan menenggelamkan skita dalam pikiran negatif. Ketika kita hanya fokus memikirkan kesalahan demi kesalahan, maka tidak mungkin kita akan bisa menjadi lebih produktif.
Selain meningkatnya stress dan depresi, self blaming juga mempengaruhi hubungan interpersonal. Rendahnya rasa percaya diri membuat kita merasa kurang berharga. Dengan diri sendiri saja sudah diremehkan, apalagi berinteraksi dengan orang lain. Ketakutan inilah yang membuat kita selalu ingin mengisolasi diri, rasa cemas berkumpul dengan orang lain yang menciptakan rasa kesepian yang mendalam. Oleh karena itu,penting bagi kita untuk memahami dan mengenali bagaimana perilaku self blaming ini mempengaruhi kehidupan kita secara keseluruhan.

Cara Mengatasi Self Blaming
Ada beberapa cara efektif untuk menangani perilaku self blaming. Butuh mental dan pikiran terbuka ketika kita harus menghadapi diri sendiri. Langkah awal yang harus kita lakukan adalah dengan mengakui dan menyadari bahwa menyalahkan diri sendiri bukanlah tindakan yang baik dan harus segera kita tinggalkan. Berikut beberapa langkah selanjutnya:
1.Berpikir Positif dan Optimis
Setelah sadar kita harus mengubah pola pikir negative menjadi positif. Ketika kesalahn terjadi dan kita mulai bingung, biasanya pikiran negative akan mengambil alih. Segera ubah pikiran ini menjadi afirmasi positif. Sebagai contoh,” Tidak ada kesuksesan tanpa kegagalan, mungkin hari ini, diriku melakukan kesalahan, dan kesalahan ini terjadi sebagai pembelajaran untuk bisa meraih hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, saya harus tetap semangat dan mencoba lagi ”.
2.Praktik Mindfulness
Praktik mindfulness juga memiliki peran penting dalam mengatasi self blaming. Praktik mindfulness dapat meningkatkan kesadaran terhadap hati, pikiran, dan perasaan yang muncul. Saat kita bisa lebih sadar akan pikiran negatif yang tidak beralasan, maka kita dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana tentang bagaimana menanggapi perasaan tersebut. Teknik pernapasan dalam, meditasi, dan yoga dapat menjadi latihan yang berguna dalam menumbuhkan kesadaran diri ini.
3.Membangun Rasa Percaya Diri
Selain itu, membangun rasa percaya diri dan penerimaan terhadap diri sendiri juga bisa mengurangi perilaku self blaming. Cobalah untuk menekuni hobi dan mencoba hal-hal baru untuk mendapatkan rasa pencapaian yang positif. Sebagai contoh, melibatkan diri dalam kegiatan sosial, gotong royong, atau menjadi sukarelawan dapat meningkatkan rasa nilai diri dan membantu mengalihkan fokus dari kesalahan masa lalu.
4.Menerima dan Mencintai Diri Sendiri
Jika bukan diri sendiri, siapa lagi yang akan mengerti dan mencintai kita. Cobalah untuk bisa menerima kekurangan diri, alih-alih meremehkan kemampauan diri. Fokus pada kelebihan dan hal-hal baik yang pernah kita capai sebelumnya. Dengan pola pikir seperti ini kita akan lebih mudah untuk mencintai diri. Tidak ada manusia yang sempurna, termasuk kita. Oleh karenanya, jika kita melakukan kesalahan, itu adalah hal yang wajar terjadi. Pikirkan saja bagaimana kita harus bangkit dan memperbaikinya.
Itulah sekilas tentang self blaming, perilaku suka menyalahkan diri sendiri. Kita memang tidak boleh menyalahkan diri sendiri, namun menyalahkan orang lain itu bukanlah hal yang terpuji, apalagi menyalahkan keadaan. Intinya jika kita membuat kesalahan, jangan langsung menyalahkan siapapun, termasuk diri sendiri. Fokuslah untuk bangkita dan memperbaikinya.