Bahaya Perfeksionisme yang Bisa Menghancurkan Masa Depan

Perfeksionisme itu Artinya Apa?

Perfeksionisme adalah suatu sikap menjadikan hidup sebagai hasil sempurna mengenai pencapaian maupun penampilan. Seorang perfeksionis selalu berusaha mengalahkan diri sendiri demi bisa mencapai kesempurnaan. Apalagi dalam dunia modern seperti sekarang ini. Dimana persaingan ketat dalam segala bidang menuntut seseorang untuk menjadi yang sempurna. Memiliki karir cemerlang, gaya hidup yang nyaman, status pendidikan mentereng, maupun standar penampilan yang rupawan. Seorang perfeksionis bukan hanya sekadar menginginkan prestasi, namun juga memiliki standar tidak realistis yang mendorong diri untuk mencapai kesempurnaan.

Perfeksionisme itu Artinya Apa?

Perfeksionisme merupakan karakter kompleks yang bersifat adaptif (positif, fungsional, sehat) atau kebalikannya yaitu maladaptif. Ketika bersifat adaptif, perfeksionisme dapat membantu mendorong seseorang untuk bisa mengupayakan hal terbaik, mengaktualisasikan diri, menjadi lebih unggul, mampu mengatasi kesulitan, menikmati tantangan, memecahkan masalah, berorientasi pada pencapaian, serta menggapai kesuksesan.

Sedangkan perfeksionisme maladaptif berorientasi pada takut akan kegagalan, khawatir terhadap kesalahan yang dilakukan, dan takut akan evaluasi sosial yang negatif. Hal ini akan menempatkan seseorang pada resiko kelelahan fisik, penurunan kesehatan mental dan ketidakbahagiaan.

Ciri-ciri Perfeksionisme

Seorang perfeksionis menginginkan kesempurnaan dengan menetapkan ekspektasi dan standar tinggi yang tidak realistis terhadap mereka sendiri maupun orang lain. Selalu kritis dan mudah mencari kesalahan sekecil apapun didepan matanya. Mereka tidak bisa mengerjakan sesuatu jika rencana tidak matang, usaha kurang keras, dan telah memastikan keberhasilannya. Mereka menjadikan kesuksesan bukan untuk dirayakan, melainkan untuk mencari validasi dan persetujuan dari orang yang mereka inginkan. Berikut beberapa karakteristik perfeksionisme :

Takut Gagal

Meskipun tidak ada satupun orang yang menyukai kegagalan, nampaknya tidak ada juga orang yang mampu terlepas dari kegagalan. Sekuat dan secerdas apaun dia. Seorang perfeksionis membawa rasa takut akan kegagalan pada tingkatan yang tidak umum. Bukannya mengambil hikmah dan pelajaran, mereka menjadikan kegagalan sebagai bentuk nilai terhadap ketidakmampuan dirinya.

Berpikir Semua atau Tidak Sama Sekali

Pemikiran seperti ini hanya ada dua pilihan, benar atau salah, hitam atau putih, ya atau tidak. Jika kamu mencoba untuk mendapatkan nilai A dalam ujian, maka nilai A-, B+, B, dan lainnya merupakan kegagalan bagimu. Mereka memiliki standar kaku yang tidak fleksibel. Rumus kata yang mereka yakini yaitu “Harus … , jika tidak maka gagal”.

Tidak Bisa Mendelegasikan Tugas

Mereka tidak mudah percaya kepada orang lain untuk menangani sesuatu yang biasa ia lakukan dengan sempurna. Seorang perfeksionis takut orang lain akan melakukan kesalahan atas tanggung jawabnya. Mereka berfikir bahwa segala sesuatu bisa dilakukan dengan benar jika ia sendiri yang melakukannya. Perfeksionisme biasanya ingin bisa mengendalikan segalanya dan sulit untuk melepaskan hal detail. Untuk itulah ia juga sulit mempercayakan tugas pada orang lain untuk melakukannya.

Takut Mendapatkan Kritik dan Evaluasi

Seorang perfeksionis melakukan segalanya dengan standar penuh. Mereka akan sangat hati-hati mengerjakan sesuatu sehingga tidak ada celah bagi orang lain untuk mengkritik hasilnya secara negatif. Kritikan dianggap sebagai ancaman yang bisa mengungkapkan kelemahan mereka. Kritik dan evaluasi dari orang lain adalah pernyataan nilai atas kemampuan yang mereka miliki. Meskipun begitu, mereka cenderung kritis untuk mencari dan mengoreksi ketidaksempurnaan diri dan orang lain.

Perfeksionisme Disebabkan oleh Apa?

Perfeksionisme Disebabkan oleh Apa?

Dengan mengetahui apa yang menjadi penyebab perfeksionisme, akan membantu kita untuk lebih memahami dan meperlakukan diri sendiri secara lebih baik. Didunia ini tidak ada yang sempurna. Selalu ada celah untuk ketidaksempurnaan dalam setiap usaha yang kita upayakan. Mungkin bagi sebagian orang sesuatu bisa dianggap sempurna. Namun dimata orang lain hal tersebut belum tentu sempurna. Perbedaan standar masing-masing orang bisa dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, nilai yang diyakini, maupun budaya yang mereka miliki.

Ekspektasi dan standar yang terlalu tinggi bisa menjadikan seseorang untuk bersikap perfeksionis. Dorongan diri dan pengalaman hidup setiap orang yang ia dapat sedari kecil akan membentuk siapa diri mereka ketika dewasa. Oleh karena itu tidak mudah untuk menentukan penyebab pasti seseorang bersikap perfeksionis. Namun ada beberapa faktor yang mungkin bisa menjadi penyebabnya, diantaranya :

Pola Asuh Orang Tua

Kita semua sangat tergantung kepada orang tua hingga beranjak remaja untuk keperluan perlindungan dan perawatan diri. Namun pola asuh yang mereka berikan akan mempengaruhi cara kita untuk tumbuh dan membentuk nilai-nilai, pola pikir, dan kebiasaan.

Orang tua yang sering menetapkan ekspektasi yang tinggi dan memberi tekanan untuk selalu memberi hasil yang sempurna, membuat seseorang menjadi perfeksionis dan menganggap kesalahan sebagai kegagalan yang tidak bisa dimaafkan. Ekspektasi mereka, kebahagiaan dan pujian dari mereka, serta rasa ingin tidak mengecewakan adalah alasan untuk mnjadi perfeksionis. Namun pada kenyataannya, hal itulah yang terus memberi tekanan dan membebani hidup kita.

Budaya Lingkungan dan Pertemanan

Budaya lingkungan dan ketergantungan validasi eksternal bisa menjadi penyebab lahirnya sikap perfeksionisme. Sikap komunitas yang memang dipenuhi oleh orang-orang perfeksionis serta ekspektasi mereka terhadap seseorang, akan menjadikannya untuk bersikap perfeksionis juga. Seperti misalnya tuntutan atasan kerja atau tuntutan teman yang sering mengandalkan mereka untuk membantu. Komentar dan kritikan lingkungan terhadap apa yang mereka lakukan juga bisa mendorongnya melakukan segala sesuatu secara sempurna.

Begitu juga dengan sikap manusia yang senang membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Hal ini akan mendorong seseorang untuk selalu menjadi yang terdepan. Ingin menjadi yang lebih sempurna. Keinginan tersebut bertujuan untuk mencari validasi dan persetujuan dari lingkungan sekitar yang bisa mempengaruhi kesehatan mental dan kelelahan jika tidak bisa dikendalikan.

Bahaya Perfeksionisme

Selalu mencoba mengupayakan segala sesuatunya untuk menjadi sempurna, dapat berujung pada hasil yang negatif. Seperti kebiasaan menunda, menghindari kesulitan dan tantangan, pemikiran yang tidak fleksibel, sering membanding-bandingkan, pemikiran yang kaku, menurunnya kreativitas, serta kesehatan mental yang buruk.

Perfeksionisme maladaptif didorong bukan oleh motivasi berjuang untuk keunggulan. Namun didorong oleh ketakutan akan kegagalan, rendah diri, dan pengalaman masa kecil yang tidak baik. Hal inilah yang bisa menyebabkan seseorang mengalami stres, depresi, dan frustrasi.

Cara Mengatasi Perfeksionisme

Cara Mengatasi Perfeksionisme

Ubah standar

Mengubah pola pikir perbandingan, menyederhanakan ekspektasi dan standar, serta tidak menggantungkan diri pada validasi eksternal, mungkin dapat membantu seseorang bisa terlepas dari sifat perfeksionisme. Fokuslah pada tujuan yang lebih bermakna dan dapat dicapai sebagai bentuk kesuksesan. Bukan fokus pada standar yang tidak realistis yang mendorong pada harapan yang mustahil. Lakukan yang terbaik di hari ini dan nikmati apapun hasilnya.

Memaafkan Diri

Memaafkan diri atas kegagalan masa lalu dan mengizinkan diri untuk melakukan kesalahan ketika sedang memulai mengerjakan sesuatu dapat mengurangi ketakutan akan kegagalan di masa depan. Pada intinya adalah kesadaran bahwa usaha apapun yang diupayakan tetap akan menghasilkan hal baik meskipun tidak sempurna. Berikan pandangan positif pada ketidaksempurnaan sebagai evaluasi dan pembelajaran dimasa mendatang.

Semua orang menginginkan kesempurnaan, banyak orang mengupayakan masa depan yang penuh dengan tujuan, makna, dan kesejahteraan. Menjadi perfeksionis berarti menjadi pribadi yang memiliki ambisi, tekad, dan motivasi untuk mencapai keberhasilan. Namun ingatlah bahwa hasil dari usaha merupakan urusan Allah, kesempurnaan hanya milik Allah, dan hidup sudah ditakdirkan. Tugas manusia hanya mengusahakan yang terbaik dan menerima dengan suka cita apapun hasilnya. Fokus pada apa yang bisa kita kendalikan dan percayakan hasilnya pada Allah semata.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top