Pernahkah kamu merasa bahwa berapapun uang yang kamu miliki tidak pernah cukup untuk bisa membuat hidup tenang dan damai? Jika ppernah, mungkin kamu sedang mengalami apa yang disebut dengan ‘Money Dysmorphia Syndrome’ atau dismorfia uang.
Apa itu Dismorfia Uang?
Dismorfia uang merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu menilai dan menggambarkan secara realistis terhadap kondisi keuangan mereka. Meskipun pada kenyataannya, keadaan keuangan mereka baik-baik saja, alias stabil, namun mereka tetap merasa tidak aman dan tidak puas setiap kali memikirkan uang.

Dalam istilah sehari-hari secara sederhana, dismorfia uang adalah perasaan tidak pernah merasa cukup memiliki uang, meskpun sebenarnya baik-baik saja, namun pandangan mereka seolah-olah kabur. Mereka terus terpacu untuk selalu menghasilkan uang. Bagi mereka waktu adalah uang. Sehingga ketika ada orang lain yang memiliki uang atau kekayaan lebih, mereka akan merasa kekurangan uang, meskipun kenyataannya tidak begitu.
Berbeda dengan kecemasan pada umumnya yang mungkin berkaitan dengan rasa putus, dismorfia uang lebih berfokus pada rasa cemas yang spesifik terhadap cara pandangnya terhadap uang dan sumber daya finansial.
Apalagi di era media sosial sekarang ini, dismorfia uang menjadi sangat mungkin terjadi. Bagaimana tidak, seringkali konten media sosial berisi tentang pencapaian-pencapaian yang luar biasa. Kondisi inilah yang membawa semua orang pada perbandingan sosial. Semua orang berusaha untuk mengukur nilai diri mereka dengan perspektif pencapaian finansial dan kepemilikan.
Tanda dan Gejala Dismorfia Uang
Kondisi dismorfia uang biasanya sulit untuk disadari, namun dampaknya terhadap kesehatan mental dan keuangan sungguh sangat signifikan. Ada beberapa tanda umum yang bisa kita jadikan panduan untuk mengenalinya:
1.Belanja Impulsif
Merupakan perilaku konsumtif yang tidak sehat. Seringkali berbelanja tanpa perhitungan yang matang. Membeli barang-barang mahal meskipun tidak sedang memerlukan. Ada saja dorongan untuk terus berbelanja, meskipun menyadari keuangan mereka terbatas. Biasanya hal ini dilakukan untuk menghindari perasaan rendah diri akibat sering membandingkan diri dengan kepemilikan orang lain.
2.Merasa Tidak Cukup Uang
Merasa kekurangan, padahal tidak mengalami masalah keuangan. Merasa tidak pernah cukup, padahal berpenghasilan layak dan stabil. Selalu ada dorongan untuk terus mencari uang yang lebih banyak. Seakan-akan jika dengan uang banyak maka hidup akan menjadi aman dan bahagia.
3.Perasaan Rendah Diri
Orang yang mengalami dismorfia uang selalu merasa kurang baik dalam hal finansial. Mereka cenderung menarik diri dari interaksi sosial karena merasa kurang percaya diri dengan keadaan finansialnya. Merasa takut dibanding-bandingkan dengan orang yang lebih kaya. Hal ini terjadi karena mereka hanya fokus pada kepemilikian harta dan status sosial daripada menjalin hubungan yang sehat dengan sesama. Harta dan status sosial adalah citra yang harus mereka jaga, meskipun kenyataannya berbeda.
Faktor Penyebab Dismorfia Uang Bisa Terjadi
1.Latar Belakang
Penyebab dismorfia uang ada beberapa faktor. Latar belakang pendidikan dan finansial seseorang bisa mempengaruhi cara pandang mereka terhadap uang dan status sosial. Dalam masyarakat tertentu, kesuksesan sangat identik dengan kepemilikan materi dan kekayaan. Banyaknya uang menentukan status sosial seseorang di masyarakat. Dorongan inilah yang mendorong seseorang tak pernah merasa cukup dengan uang, meskipun keuangan mereka dalam keadaan stabil.
2.Trauma Masa Lalu
Pengelaman masa lalu, seperti kehilangan pekerjaan dan kebangkrutan juga menjadi penyebab dismorfia uang. Orang akan lebih cemas dengan keadaan keuangan mereka di masa depan. Pengalaman pahit di masa lalu membuatnya tidak bisa merasa aman meskipun keadaan keuangan baik-baik saja dan tanpa hutang.
3.Paparan Media Sosial
Era digital sudah semakin canggih, media sosial sering dijadikan alat perbandingan sosial yang tidak sehat. Orang menjadi lebih sering terpapar oleh gaya hidup hedonisme, glamor, dan standar kesusksesan yang tidak realistis karena melihat media sosial. Konten-konten yang dibagikan seringkali hanya menunjukkan kemewahan dan kebahagiaan semata. Seringkali orang terjebak dalam perbandingan sosial yang bisa menyebabkan rasa tidak puas diri terhadap kondisi keuangan mereka.
4.Budaya Konsumsi
Banyaknya iklan dan promosi yang berseliweran, seakan-akan memberitahu dan menekankan tentang pentingnya memiliki barang-barang mewah sebagai pencitraan diri, menaikkan harga diri, dan sebuah kebanggaan bisa memiliki. Mereka merasa bahwa kepemilikan barang merupakan sumber kebahagiaan. Budaya konsumsi ini bisa menjadi penyebab dismorfia uang. Ketika konsumsi dinilai lebih besar daripada penghasilan, maka kecemasan terhadap uang akan terus meningkat.
Dampak Dismorfia Uang
1.Mudah Stres
Ketika seseorang berpikir bahwa nilai diri diukur dengan jumlah uang yang dimiliki, maka kecemasan akan terus menyelimut kehidupan sehari-hari. Mereka hanya akan fokus dan terikat pada uang. Seolah-olah tidak ada kebahagiaan lain selain dengan memiliki uang yang lebih banyak dari orang lain. Sayangnya, selalu saja ada orang yang mempunyai uang lebih banyak darinya. Itulah yang membuatnya merasa stres dan tertekan.
2.Merasa Kurang Berharga
Dismorfia uang menjadikan seseorang hanya perhatian dengan kepemilikan uang. Sebuah cara pandang yang akan menjebaknya dalam perbandingan sosial. Mereka akan merasa kurang berharga ketika melihat orang lain disekitarnya mempunyai kekayaan materi yang lebih banyak darinya. Perasaan kurang berharga ini menyebabkannya merasa malu dan enggan untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka merasa tidak cukup layak, baik dari segi keuangan maupun status sosial.
3.Terjebak dalam Tekanan Finansial
Dismorfia uang mendorong seseorang untuk mencari validasi dari luar untuk meningkatkan rasa percaya diri. Ketika mereka merasa kurang berharga, mereka cenderung berperilaku konsumtif secara berlebihan untuk mendapatkan perasaan yang lebih baik. Seringnya mereka belanja impulsif ketika mereka tahu bahwa mereka tidak bisa mencapai standar keuangan tertentu. Membeli barang-barang yang tidak diperlukan hanya untuk meningkatkan citra diri atau hanya sekedar meengikuti tren. Semua perilaku tersebut jika terus dilakukan akan mengarahkan sesorang pada tekanan finansial.
4.Sulit Menabung
Dismorfia uang membuat seseorang tidak mampu melihat secara realistis terhadap kondisi keuangannya. Meskipun pada awalnya keadaan finansial baik-baik saja, namun ketika seseorang menilai diri hanya dari uang dan kepemilikan, lantas ia menyadari bahwa dia tidak lebih baik dari orang lain, ia akan mencari validasi orang lain dengan memiliki materi lainnya meskipun dengan berhutang. Dorongan untuk memiliki inilah yang akan menyebabkan seseorang untuk melakukan belanja impulsif, dan pada akhirnya justru tidak bisa menabung bahkan bisa terjerat hutang.
Bagaimana Strategi Untuk Mengatasi Dismorfia Uang?
Dismorfia uang mempunyai dampak buruk bagi kesehatan mental dan keuangan. Butuh strategi efektif untuk mengatasinya. Memang tidak mudah, namun ada beberapa langkah yang patut untuk dicoba.
1.Mengenali Tanda-tandanya
Seringkali seseorang tidak sadar bahwa ia dalam kondisi dismorfia uang. Menyadari diri sedang berada dalam posisi ini merupakan langkah yang sangat penting, yaitu dengan cara mengenali tanda-tandanya. Lebih mudah untuk mengidentifikasi apakah kita mengalami gangguan kecemasan biasa tau dismorfia uang.
2.Tinggalkan Sejenak Media Sosial
Setelah menyadari diri berada dalam kondisi dismorfia uang, cobalah untuk sejenak meninggalkan media sosial. Fokus dengan target dan tujuan pribadi yang belum selesai. Bisa juga dengan menikmati hobi yang sudah lama ditinggalkan. Ketika kita sibuk dengan relaitas kehidupan sehari-hari, hal ini bisa membawa kita untuk berpikir lebih relaistis terhadap kondisi keuangan.
3.Berhenti Membandingkan Diri
Menghindari media sosial sangat membantu untuk mengurangi perbandingan sosial. Namun jika lingkungan tempat tinggal mempunyai budaya yang mengedepankan status kepemilikan sebagai standar kesuksesan, kesadaran diri untuk tidak mengikuti pola itu sangatlah penting. Berhentilah membandingkan pencapaian diri karena perjalanan keuangan setiap orang berbeda-beda. Mungkin ada yang berpenghasilan sedikit namun pengeluaran juga sedikit, beegitu juga sebaliknya. Jangan sampai penghasilan sedikit mengikuti standar pengeluaran orang berpenghasilan banyak. Inilah yang akan membawa kita terjebak dalam dismorfia uang.
4.Atur Pengeluaran dengan Bijaksana
Kecemasan terhadap uang seringkali disebabkan karena pengelolaan uang yang buruk. Atur keuangan setiap bulan. Daftar apa saja yang menjadi pengeluaran rutin, sumbangan sosial, tabungan, dan dana darurat. Cobalah untuk mematuhi pengeluaran sesuai dengan nominal yang telah dianggarkan. Selain bisa mengurangi dismorfia uang, cara ini juga bisa mencegah diri dari pembelian impulsif.
5.Merasa Cukup dan Tahu Batas
Masalah dismorfia uang memang agak rumit, selain harus membenahi kebiasaan, untuk mengatasinya juga memerlukan perubahan cara pandang terhadap uang dan kebahagiaan. Untuk membasmi rasa ‘kurang cukup uang’, maka punyailah rasa cukup dan mengerti batasan. Keinginan manusia tidaklah terbatas, hanya kematian yang membatasinya. Sedangkan kebutuhan manusia dan kemampuannya terbatas. Untuk itu, penuhilah yang menjadi kebutuhan, baru keinginan. Dengan menyadari hal seperti ini, dismorfia uang itu tidak akan ada.
Itulah beberapa hal tentang dismorfia uang. Jadilah diri sendiri tanpa haus dengan validasi orang lain. Jangan biarkan tekanan sosial dan ilusi keuangan di masa depan menghantui seluruh langkah hidup kita. Berpikirlah relalistis, punyai rasa cukup, dan hidup akan terus berlanjut dengan bahagia.