Psikologi Jatuh Cinta
Mengapa harus ada patah hati jika ada cinta yang selalu membahagiakan dan menguatkan? Karena awal dari patah hati adalah saat kamu mulai jatuh cinta. Mengapa kamu bisa jatuh cinta? Menurut ilmu neurosains, sepanjang evolusi otak manusia sudah belajar untuk memilih pasangannya.
Manusia menyimpan pengalaman dan pelajaran yang ia peroleh ketika masa dulu ke dalam otak sebagai sirkuit-sirkuit cinta neurologis. Sejak lahir sirkuit ini sudah ada, dan akan aktif saat masa pubertas oleh campuran berbagai neurotransmitter (senyawa kimia saraf) yang bekerja dengan cepat. Sirkuit cinta yang sudah tersusun akan secara otomatis menaksir pasangan yang potensial. Jika terdapat kriteria yang sesuai daftar harapan, akan muncul sengatan kimia yang melahirkan ketertarikan. Kondisi ini yang kita sebut dengan jatuh cinta.

Standar yang Manusia Warisi dari Leluhurnya
Jadi kita mewarisi standar-standar untuk memilih pasangan hidup berdasarkan standar yang telah leluhur kita tetapkan. Makanya setiap orang mempunyai standar dan kriteria pasangan yang berbeda-beda. Ia hanya akan jatuh cinta kepada seseorang yang bisa membuatnya jatuh cinta. Ia bisa jatuh cinta karena orang tersebut mempunyai standar yang bisa memenuhi harapannya. Sedangkan standar harapannya terbentuk sejak lahir ditambah dengan harapan-harapan yang muncul dari kriteria leluhurnya.
Ada orang yang jatuh cinta dengan seseorang karena orang tersebut ramah dan murah senyum. Standar ramah dan murah senyum bisa jadi itu adalah standar dari leluhurnya, kriteria yang mereka harapkan. Ada juga yang jatuh cinta karena orang tersebut berperilaku baik dan sederhana, dan lain sebagainya. Biasanya harapan leluhur menjadi standar dalam memilih pasangan. Dan sumber patah hati adalah ketika standar seseorang yang menurutnya cocok, namun orang yang mempunyai standar itu memiliki standar lain yang berbeda. Sinyal yang terpancar tidak satu frekuensi, alias bertepuk sebelah tangan.
Rasionalitas Terganggu Ketika Jatuh Cinta
Jatuh cinta membuat pusat-pusat rasional pada otak menjadi mandek, sedangkan pusat-pusat emosiaonal meluap-luap. Itulah kenapa orang yang sedang jatuh cinta perilakunya sering tidak masuk akal, tidak rasional. Jatuh cinta itu kemabukan, mendem bahasa jawanya. Sirkuit-sirkuit otak yang aktif seperti yang terjadi pada orang yang sedang mabuk, teler, kecanduan. Ia hanya ingin merasakan cintanya itu secara terus menerus.
Orang yang sedang jatuh cinta, jika terpisah jarak ia akan merasakan rindu. Selalu merasa gelisah dalam penantiannya sampai bertemu orang yang ia cintai. Jatuh cinta itu seperti orang kecanduan yang menunggu suntikan-suntikan selanjutnya. Sistem amigdala di otak yang terlibat dalam respon perilaku dan emosionalnya terganggu.
Logika dan berpikir kritisnya macet. Apalagi jika didukung dengan berbagai hormon kebahagiaan seperti dopamin, serotonin, dan oksitosin. Hormon bahagia ini jumlahnya akan melonjak ketika seseorang mengalami sesuatu yang menyenangkan, seperti saat jatuh cinta. Oleh karena itu jatuh cinta berjuta rasanya, rasa yang meledak-ledak tak bisa terkontrol karena otak rasionalnya sedang ada gangguan.
Bersatunya Hormon Kebahagiaan
Mabuk cinta terdiri dari dukungan kombinasi hormon-hormon kebahagiaan yang dihasilkan oleh sistem saraf pusat dan menjadi bagian dari sistem endokrin manusia. Oksitosin sebagai hormon jatuh cinta karena berkaitan dengan perasaan cinta, kasih sayang, keakraban, dan keintiman. Dopamin sering disebut hormon kesenangan dan rasa puas. Molekul neurokimiawi ini ampuh untuk menambah semangat, dan meningkatkan kreativitas. Serotonin merupakan hormon bahagia, karena memiliki peran sebagai penyejuk agar suasana hati menjadi lebih baik sekaligus dapat menstabilkan mood. Kombinasi hormon inilah yang membuat orang jatuh cinta menjalani hidupnya dengan penuh warna penuh rasa.
Patahnya Hati Orang yang Jatuh Cinta
Namun sayang, ketika kita patah hati dukungan dari hormon-hormon kebahagiaan akan berhenti. Otak akan kehilangan pasokan rutin neurotransmitter ini. Hal ini membuat orang yang tadinya jatuh cinta kemudian patah hati akan merasa cemas, tertekan, dan terisoalasi. Dalam keadaan ini otak berupaya mengganti kehilangan dukungan hormon kebahagiaan ini dengan segala cara yang diperlukan. Orang yang jatuh cinta dan patah hati mempunyai energi emosional luar biasa, sama-sama otak rasionalnya macet. Sehingga kadang-kadang melakukan hal yang tak terbayangkan oleh orang lain.
Jika jatuh cinta energinya konstruktif, sedangkan patah hati cenderung destruktif. Orang yang sedang patah hati haruslah ditemani. Biasanya patah hati dianggap sepele dan jadi bahan tertawaan. Namun bagi orang yang mengalaminya, hal itu sungguh luar biasa menyakitkan. Tidak jarang orang yang baru saja patah hati cenderung melakukan apapun yang bisa memberikan kesenangan meskipun hanya kesenangan sesaat. Hanya semacam memberikan sesendok dopamin untuk mengganti pusat kesenangan otak yang hilang.