Low Need for Approval Artinya Apa?
Bajingan sekali orang itu, laki-laki yang sok merasa low need for approval memang suka bikin geregetan. Semua laki-laki dengan rela hati mau aku suruh buat ngapain saja. Namun laki-laki yang satu ini, Atmojo, bahkan tak mau menghiraukan keberadaanku. Curhat Rima dengan sahabat karibnya. Hampir seisi kampus tahu, jika Amojo ini punya kepribadian dan sikap yang tidak gampang dipengaruhi. Dia tidak merasa terbebani oleh harapan dan penilaian orang lain dalam mengambil keputusan. Punya pemikiran dan nilai-nilai pribadi tanpa harus berusaha menyesuaikan perilaku hanya untuk mendapatkan pengakuan orang lain. Termasuk Rima yang menjadi pujaan hati bagi banyak laki-laki.

Aspek Psikologis Low Need for Approval
Seperti kata Rima, Atmojo memang bisa dibilang laki-laki yang low need for approval. Ia punya rasa percaya diri yang besar dan emosinya cenderung stabil dalam merespon setiap keadaan. Ora kagetan, ora gumunan. Berbeda dengan teman-teman di kelasnya, yang memiliki high ned for approval, mudah merasa stres ketika tidak mendapatkan pengakuan Rima yang jelita, mulutnya manis kepada setiap pria. Apapun permintaan Rima, semua orang akan rela melakukannya meski harus berkorban. Tidak hanya laki-laki, perempuan pun sangat suka jika menjadi teman Rima yang pintar dan kaya itu.
Berbeda dengan Mojo. Ia punya tingkat self-esteem yang sehat, lebih otentik, memiliki harga diri dan kemandirian emosional meski sering menyelisihi teman-teman di kampusnya. Laki-laki paling norak, kampungan, dan sok baik. Di jaman modern, jaman garangnya media sosial seperti sekarang ini, bagaimana mungkin masih ada laki-laki seperti Mojo, tidak merokok, tidak vape-an, tidak mau diajak nongkrong, susah buat diajak jalan bersama-sama. Sungguh sangat menyia-nyiakan masa muda yang hanya hanya sebentar saja. Masih anak kuliahan, kan wajar bersenang-senang bersama teman. Tapi Mojo ini, malah senangnya ke masjid, belajar, jadi sukarelawan di panti jompo. Bagaimana Rima tidak merasa geregetan dengan teman yang satu ini, yang dianggapnya tidak berada di jalur yang sama. Sungguh keterlaluan dia.
Memang diakui Rima, jika teman dan koleganya berperilaku sangat baik dan patuh padanya hanya untuk mendapatkan pengakuan dan validasi darinya. Secara mereka punya harapan setelah lulus nanti bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah dari orang tua Rima yang punya bejibun perusahaan tersebar di seluruh negeri. Bahkan para dosen di kampus ini, bisa tunduk sama Rima agar posisi sebagai dosen tetap aman, bagaimana tidak, lha wong kampus ini milik yayasan kakek buyutnya.
Pengaruh Lingkungan Sosial
Kepribadian Mojo yang low need for approval ini, tak lain karena pengaruh lingkungan dimana ia di besarkan. Orang tuanya telah mengenalkan nilai-nilai kebaikan yang sangat kuat sedari kecil. Tentang ajaran agama yang mutlak harus dipatuhi melebihi kepentingan apapun. Batasan-batasan yang tidak boleh diterjang. Manfaat dan kerugian dari segala tindak tanduk berperilaku. Tentang pemahaman bahwa akan selalu ada perbedaan dalam kehidupan. Dan pelajaran bahwa kita tidak mungkin bisa disukai oleh semua orang. Juga ketidakmungkinan untuk setuju dan mendapat persetujuan dari semua orang.
Oleh karena itu, orang tua Mojo selalu men ekankan bahwa ingatlah ketika semua orang ini tak lagi bisa setuju denganmu, maka akan selalu ada orang tua yang akan mendukungmu selagi kamu masih dijalur kebaikan. Itulah nilai yang menjadikan Mojo selalu merasa percaya diri dengan apa yang dia lakukan.
Bukan hanya orang tua, teman-teman Mojo yang selalu membersamainya sedari kecil hingga remaja juga mempunyai kebiasaan dan kegemaran yang sama. Waktu-waktunya dihabiskan untuk belajar, bermain, mengaji, dan kumpul sama keluarga. Kebiasaan-kebiasaan inilah yang membentuk karakter Mojo untuk menghadapi dunia diluar.
Manfaat Memiliki Low Need for Approval
Rima memang sangat tidak menyukai Mojo. Itulah bayangan yang tergambar sekilas melalui komentar dan perangainya. Laki-laki yang sulit untuk dikendalikan, kepala batu, frekuensi otaknya aneh. Namun di sisi lain, ia kagum dengan Mojo yang teguh berprinsip. Punya karakter yang autentik dan jujur. Bahkan ia tidak peduli bahwa teman-temannya tidak mau bergaul dengannya karena memang berbeda. Ia tampak selalu baik-baik saja meski mayoritas teman sekampusnya tidak pernah menganggapnya ada, apalagi penting.
Nilai-nilai yang diajarkan orang tua Mojo selalu membersamai di setiap langkahnya. Orang tuanya selalu berpesan agar Mojo menjadi orang baik, kepada siapapun itu, bahkan kepada orang yang membencinya. oleh karena itu, dia tidak nampak stres karena tuntutan keadaan. Namun meski begitu, selalu ada batasan. Teman-teman dan lingkunganmu berada, adalah cermin seperti apa sebenarnya dirimu. Jika kamu memahaminya, lantas kamu bisa memutuskan apakah kamu akan bertahan atau pergi dengan baik. Maka kesehatan mental akan selalu terjaga.
Tantangan bagi Orang dengan Low Need for Approval
Di dunia kampus yang menjadi tempat menimba ilmu, belajar berkolaborasi, dan membangun tim. Mojo merasa sedikit kesulitan untuk melakukannya. Seorang yang low need to approval, sedikit introvert, bergelut dengan keadaan yang memaksanya harus bisa membangun hubungan interpersonal yang memadai. Demi kehidupan pembelajarannya. Mojo pun mau tidak mau harus belajar berlatih keterampilan komunikasi yang efektif dengan teman-temannya. Berusaha untuk memahami sudut pandang orang lain tanpa harus kehilangan prinsip hidup dan tanpa harus menghakimi.


