Apa itu Doomscrolling?
Doomscrolling adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kebiasaan konsumsi informasi secara berlebihan, di mana individu secara terus-menerus menggulir berita di media sosial atau platform berita yang berfokus pada peristiwa negatif atau mengkhawatirkan. Fenomena ini menjadi semakin umum di era digital, di mana akses informasi menjadi sangat mudah dan cepat. Istilah ‘doomscrolling’ sendiri mulai populer pada akhir 2019. Dan semakin meluas penggunaannya terutama selama pandemi COVID-19, ketika berita mengenai krisis kesehatan dan dampak sosial lainnya mendominasi ruang pemberitaan.
Banyak orang terjebak dalam siklus doomscrolling karena dorongan psikologis yang kuat untuk tetap terinformasi, bahkan jika informasi tersebut bersifat negatif. Keinginan untuk mengetahui perkembangan terkini tentang isu-isu global, bencana alam, atau krisis sosial dapat mendorong individu untuk terus-menerus scrolling, meskipun hal ini akhirnya dapat menyebabkan rasa cemas yang berlebihan. Mekanisme neurobiologis, seperti peningkatan kadar dopamin saat menerima informasi baru, juga turut berperan dalam memperkuat perilaku ini, menciptakan pola yang sulit diputus.
Pada dasarnya, doomscrolling tidak hanya merupakan perilaku individu, tetapi juga merupakan respons terhadap lingkungan digital yang penuh dengan kebutuhan akan informasi instan. Dalam dunia yang terus berubah dengan cepat, individu merasa tertekan untuk selalu terhubung dan mendalam dalam berita yang dianggap penting. Meskipun penting untuk tetap up-to-date dengan informasi, perilaku ini menunjukkan bahwa ada batasan dalam konsumsi berita yang harus diperhatikan agar tidak mengganggu kesehatan mental dan kesejahteraan individu.
Doomscrolling dan Media Sosial
Dalam era digital saat ini, media sosial memainkan peran penting dalam membentuk perilaku pengguna. Salah satunya adalah fenomena doomscrolling. Doomscrolling merujuk pada kebiasaan terus-menerus menggulir konten negatif. Terutama berita dan informasi berkaitan dengan krisis, bencana, atau situasi mengkhawatirkan. Platform media sosial, seperti Twitter, Facebook, dan Instagram, sering kali berkontribusi terhadap perilaku ini melalui algoritma yang dirancang untuk mempromosikan konten yang lebih menarik perhatian. Konten negatif biasanya lebih banyak mendapatkan interaksi dibandingkan yang positif, sehingga algoritma cenderung menampilkan informasi berpotensi menimbulkan kecemasan kepada pengguna.
Algoritma yang digunakan oleh media sosial bekerja dengan metode preferensi pengguna. Yang mana jika seseorang lebih sering berinteraksi dengan berita atau postingan negatif, platform akan mengutamakan jenis konten tersebut dalam feed mereka. Hal ini menciptakan siklus berkelanjutan di mana pengguna menjadi semakin terjebak dalam konten yang merugikan mental. Tidak jarang membuat mereka merasa semakin cemas atau depresi. Notifikasi dari platform media sosial juga berperan dalam memperkuat perilaku doomscrolling. Setiap kali seseorang menerima notifikasi tentang berita terbaru atau pembaruan situasi, ada dorongan yang kuat untuk membuka aplikasi dan mencari tahu lebih lanjut, meskipun dampaknya bisa jadi merugikan.
Interaksi yang dibangun diantara pengguna di media sosial juga memperkuat perilaku ini. Diskusi tentang isu-isu negatif dan berbagi pengalaman tidak jarang memicu perasaan saling terhubung. Hal inilah yang membuat pengguna cenderung kembali untuk menggulir lebih banyak konten. Dalam jangka panjang, dampak dari kebiasaan ini bisa sangat merugikan, memengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan. Oleh karena itu, memahami hubungan antara media sosial dan doomscrolling adalah langkah pertama dalam mengatasinya. Menyadari bagaimana algoritma dan interaksi pengguna saling berhubungan menjadi kunci untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan.
Dampak Bagi Kesehatan Mental
Doomscrolling, atau kebiasaan menggulir berita negatif tanpa henti, telah menjadi fenomena yang semakin umum, terutama dengan maraknya penggunaan media sosial. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku ini memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan mental individu. Salah satu dampak paling umum adalah peningkatan kecemasan. Ketika seseorang terus-menerus terpapar berita buruk, perasaan cemas dapat meningkat, menciptakan siklus ketidakpastian dan stres yang berkepanjangan.
Studi yang dilakukan oleh American Psychological Association menemukan bahwa 56% responden melaporkan peningkatan kecemasan yang disebabkan oleh konsumsi berita negatif yang berlebihan. Selain itu, penelitian dari Universitas Michigan mencatat keterkaitan antara depresiasi mood dan kebiasaan doomscrolling. Mereka yang terlibat dalam perilaku ini sering kali melaporkan merasa tertekan dan kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari. Hal ini terjadi akibat paparan berlebihan terhadap berita yang menakutkan dan kurangnya informasi positif.
Dampak jangka pendek dari doomscrolling dapat terlihat dari peningkatan stres dan kelelahan mental. Individu mungkin merasa kewalahan dengan informasi yang diperoleh, sehingga mengganggu fungsi dasar mereka dalam beraktivitas sehari-hari. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental yang lebih serius, seperti gangguan kecemasan kronis dan depresi. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang aktif terlibat dalam doomscrolling cenderung mengalami gejala depresi yang lebih parah.
Penting untuk memahami bahwa meskipun informasi berita sangat berharga, tetap penting untuk melindungi kesehatan mental kita dengan mengatur cara dan waktu dalam mengakses berita. Mengurangi kebiasaan doomscrolling dan mengalihkan perhatian kepada informasi yang lebih positif dapat membantu menjaga keseimbangan mental.
Penyebab Doomscrolling
Doomscrolling pada umumnya disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu penyebab utama adalah keinginan untuk tetap terinformasi, terutama dalam situasi yang penuh ketidakpastian. Ketika terjadi peristiwa besar, seperti pandemi global atau krisis politik, orang cenderung mencari berita terbaru untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang keadaan yang sedang berlangsung. Keinginan ini, meskipun mungkin dimotivasi oleh rasa tanggung jawab atau kebutuhan untuk menjaga diri, sering kali berujung pada paparan berlebihan terhadap informasi negatif.
Selain itu, ketidakpastian yang menggerogoti masyarakat juga menjadi pemicu bagi perilaku doomscrolling. Ketika individu merasa tidak memiliki kontrol atas situasi yang ada, mereka cenderung mencari informasi sebagai cara untuk mengatasi rasa cemas tersebut. Sayangnya, berita negatif sering kali lebih menarik perhatian daripada berita positif. Hal inilah yang berpotensi merugikan kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa individu cenderung lebih mudah mengingat dan merespons berita buruk, suatu fenomena yang dikenal dalam psikologi sebagai bias negatif.
Teori psikologis ini memberikan penjelasan tentang mengapa orang merasa lebih terhubung dengan berita yang buruk. Misalnya, dorongan emosional yang kuat yang ditimbulkan oleh berita negatif dapat menyebabkan rasa keingintahuan yang mendalam. Sehingga membuat individu terus mengakses informasi yang sama meskipun dapat menimbulkan dampak psikologis negatif. Dengan adanya pemahaman tentang penyebab perilaku doomscrolling, penting bagi kita untuk menetapkan batasan konsumsi berita.
Contoh Fenomena dalam Kehidupan Sehari-hari
Doomscrolling, atau kebiasaan menggulir informasi negatif tanpa henti, dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari, mencakup semua kelompok usia dan latar belakang. Salah satu contoh paling umum dapat dilihat pada individu yang menghabiskan waktu berjam-jam membaca berita terkait pandemi, bencana alam, atau isu politik yang mengkhawatirkan. Misalnya, seorang remaja mungkin menghabiskan waktu berlebihan di media sosial, terus menerus memperbarui berita mengenai penutupan sekolah atau penyebaran penyakit. Kecenderungan ini sering disertai perasaan khawatir dan ketidakpastian yang semakin bertambah, menciptakan siklus negatif yang sulit diputus.
Selain itu, orang dewasa muda yang bekerja dari rumah juga berisiko untuk terjebak dalam doomscrolling. Dalam usaha untuk tetap terinformasi, mereka mungkin mulai menjelajahi berita keuangan, politik, dan kesehatan yang tidak ada habisnya. Hal ini bisa membuat mereka kehilangan focus dalam pekerjaan mereka, meningkatkan stres dan kecemasan, serta mengganggu pola tidur mereka. Sementara itu, orang lanjut usia sering mengandalkan televisi atau internet sebagai sumber informasi utama. Mereka mungkin terus-menerus menonton berita tentang tindak kejahatan atau krisis yang dapat menyebabkan rasa cemas dan ketakutan berlebihan.
Dengan berbagai contoh di atas, menjadi jelas bahwa doomscrolling dapat menjangkau berbagai kalangan masyarakat. Baik itu seorang pelajar, pekerja profesional, atau individu yang lebih tua, fenomena ini dapat mengikis kesejahteraan mental dan emosional. Mengidentifikasi situasi-situasi di mana doomscrolling dapat terjadi adalah langkah awal untuk mengatasinya, memfasilitasi pemahaman tentang pentingnya membatasi paparan terhadap informasi negatif untuk menjaga kesehatan mental yang baik.
Bagaimana Doomscrolling Mempengaruhi Hubungan Sosial
Doomscrolling, atau kebiasaan terus-menerus menggulir berita buruk secara online, memiliki dampak yang signifikan terhadap hubungan sosial dan interpersonal. Ketika individu terperangkap dalam siklus informasi negatif, perhatian mereka mulai teralihkan dari interaksi positif dengan orang-orang di sekitar mereka. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya kualitas hubungan, yang pada gilirannya memengaruhi kesejahteraan emosional dan mental.
Salah satu dampak utama doomscrolling adalah meningkatnya ketegangan dalam hubungan. Ketika seseorang lebih fokus pada berita buruk, mereka sering kali menjadi lebih gelisah dan cemas. Perasaan tersebut dapat menular kepada orang-orang terdekat. Misalnya, saat seseorang terus-menerus membahas berita negatif, lawan bicara mungkin merasa tidak nyaman. Hal inilah yang mengurangi peluang untuk berdiskusi tentang topik yang lebih positif. Akibatnya, hubungan dapat menjadi kaku dan diliputi oleh ketidakpuasan.
Lebih lanjut, kebiasaan ini dapat menyebabkan isolasi sosial. Ketika individu terjebak dalam siklus doomscrolling, mereka cenderung mengabaikan kesempatan untuk bersosialisasi, baik itu bertemu teman atau berpartisipasi dalam kegiatan komunitas. Dalam jangka panjang, ini dapat membuat mereka merasa terputus dari jaringan sosial yang sebelumnya mendukung. Akibatnya, rasa keterhubungan antar individu dapat menurun dan menciptakan masalah dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat.
Penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi kebiasaan doomscrolling ini agar dapat memulihkan keseimbangan dalam hubungan sosial. Dengan menetapkan batasan waktu untuk konsumsi media dan mencari cara untuk meningkatkan interaksi positif, individu dapat mulai memperbaiki hubungan mereka dan mengurangi dampak negatif dari kebiasaan buruk ini. Selain itu, mengalihkan perhatian ke kegiatan yang menyenangkan atau produktif dapat membantu meredakan kecemasan yang disebabkan oleh berita buruk, dan kembali fokus kepada interaksi yang lebih bermakna dengan orang lain.
Tanda-Tanda Anda Sedang Doomscrolling
Doomscrolling, fenomena yang semakin umum di era digital saat ini, dapat dikenali melalui sejumlah tanda-tanda yang menonjol. Pertama-tama, seseorang yang terjebak dalam perilaku ini cenderung menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca berita negatif atau konten yang meresahkan di platform media sosial maupun situs berita. Waktu yang dihabiskan untuk mengakses informasi yang tidak menyenangkan dapat menyebabkan gangguan pada rutinitas sehari-hari, seperti mengabaikan pekerjaan, tugas, atau interaksi sosial yang penting.
Kedua, perasaan kecemasan dan stres yang meningkat setelah mengakses berita adalah indikator utama lainnya. Seseorang mungkin merasa berdebar-debar, gelisah, atau bahkan merasakan beban emosional yang berat setelah berlama-lama melihat konten berbahaya atau informasi negatif. Hal ini sering kali memicu siklus berulang di mana individu kembali membuka perangkat mereka untuk mencari informasi lebih lanjut meskipun mereka dapat merasakan dampak negatif dari aktivitas tersebut.
Selanjutnya, kehilangan minat pada kegiatan lain juga sering terlihat pada mereka yang terlibat dalam doomscrolling. Ketika perhatian dan energi seseorang dipusatkan pada berita buruk, hobi dan aktivitas lain, seperti olahraga, membaca buku, atau berkumpul dengan teman, menjadi terabaikan. Akibatnya, kehidupan sosial dan kesejahteraan mental seseorang dapat terpengaruh secara signifikan.
Selain itu, pengabaian terhadap masalah kesehatan fisik juga bisa menjadi sinyal. Peningkatan waktu duduk dan kurangnya aktivitas fisik sering kali terjadi, dan ini berdampak pada kesehatan secara keseluruhan. Dengan demikian, penting bagi individu untuk mengidentifikasi tanda-tanda ini dan mengenali ketika perilaku doomscrolling mulai memengaruhi kualitas hidup mereka. Kesadaran diri dapat menjadi langkah pertama untuk mengatasi perilaku ini dengan lebih efektif.
Strategi Mengatasi Doomscrolling
Doomscrolling, atau kebiasaan terus-menerus menggulir berita negatif di media sosial, dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan strategi efektif guna mengurangi perilaku ini dan meningkatkan kualitas hidup. Berikut adalah beberapa tips praktis yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, mengatur batasan waktu penggunaan media sosial merupakan langkah krusial dalam mengatasi doomscrolling. Tentukan jangka waktu tertentu setiap hari untuk mengecek berita atau media sosial. Anda bisa menggunakan aplikasi pengatur waktu atau fungsi dalam perangkat yang membatasi akses saat waktu tersebut telah habis. Dengan cara ini, Anda akan lebih disiplin dalam penggunaan media sosial dan mengurangi risiko terjebak dalam guliran informasi negatif yang tidak ada habisnya.
Kedua, pilihlah sumber berita yang lebih positif dan seimbang. Fokus pada publikasi yang tidak hanya menyoroti berita buruk, tetapi juga memberikan kabar baik dan solusi atas masalah sosial. Dengan demikian, Anda dapat membentuk pandangan yang lebih optimis terhadap dunia serta mengurangi dampak negatif dari informasi yang diterima. Sumber berita seperti situs web berita yang memprioritaskan jurnalisme konstruktif bisa menjadi alternatif yang baik.
Ketiga, lakukan aktivitas alternatif selain scrolling media sosial. Misalnya, luangkan waktu untuk berolahraga, membaca buku, atau melakukan hobi yang Anda nikmati. Kegiatan ini tidak hanya menyegarkan pikiran, tetapi juga membantu menjaga kesehatan mental. Dengan mengalihkan perhatian pada hal-hal positif, Anda akan lebih mampu mengontrol dorongan untuk terus-menerus melihat berita yang cenderung menurunkan semangat.
Dengan mengimplementasikan strategi-strategi ini, diharapkan individu dapat mengurangi dampak doomscrolling dan meningkatkan kesejahteraan mental mereka. Keseimbangan antara konsumsi informasi dan aktivitas pribadi sangat penting dalam mencapai kehidupan yang sehat dan produktif.
Kesimpulan dan Penutup
Menggali fenomena doomscrolling telah membawa kita untuk memahami berbagai aspek yang terkait dengan perilaku ini, dari penyebab hingga dampak yang ditimbulkan. Doomscrolling adalah perilaku negatif yang banyak dialami oleh individu, terutama di era informasi saat ini, di mana berita dan informasi negatif sangat mudah diakses melalui perangkat digital. Kesadaran akan kebiasaan ini sangat penting, terutama dalam konteks kesehatan mental. Ketika seseorang terjebak dalam siklus membaca berita negatif tanpa henti, dampak emosional dan psikologis yang dirasakan dapat berdampak serius, seperti kecemasan, stres, dan depresi.
Penting bagi kita untuk melakukan refleksi diri terkait kebiasaan konsumsi informasi kita. Menyadari bagaimana waktu yang dihabiskan untuk membaca berita dapat mempengaruhi kondisi psikologis, dapat membantu mendorong perubahan positif dalam pola pikir dan perilaku. Salah satu langkah proaktif yang dapat diambil adalah membatasi waktu yang dihabiskan pada platform media sosial atau situs berita, serta memilih untuk mengkonsumsi konten yang lebih positif dan konstruktif. Selain itu, mencari aktivitas lain yang dapat memberikan ketenangan dan kebahagiaan, seperti berkumpul dengan teman, bersenang-senang dengan hobi, atau berolahraga, sangat dianjurkan.
Secara keseluruhan, kesadaran dan tindakan preventif terhadap doomscrolling dapat membantu kita menjaga kesehatan mental dan emosional. Dengan mengambil langkah-langkah yang tepat, kita tidak hanya dapat meminimalkan efek negatif dari informasi yang berlebihan, tetapi juga dapat menciptakan ruang untuk pikiran yang lebih sehat dan positif. Melalui pendekatan yang lebih sadar ini, diharapkan kita dapat mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh informasi negatif dan memperbaiki kualitas hidup secara keseluruhan.