Pengertian FOMO
FOMO atau fear of missing out, mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain mendapatkan sesuatu yang lebih baik, menjalani kehidupan yang lebih bahagia dan menyenangkan, ataupun perasaan takut ketinggalan terhadap sesuatu yang dianggap penting. FOMO sangat berpengaruh terhadap kehidupan, menyebabkan munculnya perasaan khawatir, tidak nyaman, ketidakpuasan, ketakutan, depresi dan stres.

Penyebab FOMO
Fomo disebabkan oleh perasaan khawatir melewatkan kesempatan yang penting. Dan juga khawatir kehilangan sesuatu yang berharga, dan kecemasan mengetahui orang lain lebih sukses dan bahagia. Perasaan ini melibatkan hati yang penuh dengan hasad iri dengki yang mempengaruhi harga diri seseorang.
Peran Media Sosial
Sudah menjadi gawan bayi (bawaan lahir) bahwa manusia mempunyai kebutuhan untuk terhubung dengan sekitarnya, baik secara nyata maupun lewat media sosial. Munculnya media sosial seperti instagram, facebook, tik tok, twitter, snapchat, dan yang sejenisnya telah meningkatkan terjadinya FOMO. Yaitu dengan menciptakan situasi dimana seseorang akan membandingkan hidupnya dengan kehidupan orang lain yang diposting dalam media sosialnya.
Media sosial telah menciptakan platform untuk menyombongkan diri, disinilah berbagai hal dan peristiwa kadang-kadang nampak bersaing. Postingan versi glamor, hedon, pengalaman terbaik dan sempurna, pembuktian kesuksesan, banyaknya pencapaian, dan kehidupan yang menyenangkan. Semua itu membuat orang berpikir bahwa keadaannya lebih buruk dibandingkan kehidupan orang lain.
Dalam beberapa dekade terakhir, mungkin media sosial menyumbang penyebab terbesar FOMO, namun tidak sepenuhnya. Trend ini bisa terjadi bukan hanya di media sosial, namun bisa juga terjadi kapan, oleh siapa, dan dimana saja. Bahkan sering terjadi dilingkungan terdekat kita, tetangga. Sering kita melihat persaingan antar tetangga dalam memiliki peralatan rumah tangga, kendaraan, pendidikan anak, juga pekerjaan yang memicu FOMO. Hal ini terjadi karena adanya rasa tekanan harus memenuhi atau melampaui status sosial, kekayaan, dan popularitas antar tetangga.
Bukan hanya pada media sosial, kegiatan yang bersifat berkumpul kembali seperti reuni sekolah juga menjadi ajang pamer. Kegiatan yang niat awalnya hanya untuk saling melepas rindu, meningkatkan kepedulian terhadap teman, seringnya berubah menjadi ajang untuk memperlihatkan siapa yang paling sukses. FOMO akan selalu ada dimana kamu memutuskan untuk terus hidup dalam persaingan.
FOMO dapat menyerang siapa saja, namun bagi mereka yang memiliki kesehatan mental atau harga diri rendah biasanya beresiko lebih tinggi terkena serangan ini. Dari semua rentang usia, remaja dan orang dewasa muda cenderung mengalami FOMO yang lebih menyakitkan dikarenakan mereka sedang dalam masa mencari jati diri, serta mencari dimana dan kelompok mana yang cocok bagi mereka berinteraksi.

FOMO Marketing
Akhir-akhir ini media sosial bukan hanya sebagai ajang posting kehidupan pribadi, kumpulan quote, video lucu, namun merambah masuk ke dunia marketing. FOMO marketing muncul sebagai cara untuk menarik konsumen agar membeli suatu produk tertentu, seminar, kursus, atau menghadiri acara tertentu. Cara ini bisa memicu ketakutan pelanggan akan kehilangan suatu produk atau kesempatan yang menurut mereka sangat penting. Strategi FOMO marketing meliputi:
Mempromosikan pengalaman/ ulasan positif dan bukti nyata dari konsumen
Menciptakan persaingan antar pelanggan (Siapa cepat, Dia dapat)
Menampilkan waktu hitung mundur untuk mendapatkan penawaran menarik
Menunjukkan banyaknya orang yang sudah memakai produk atau menghadiri acara
Menggunakan kpercayaan publik figure (Endorsment)
Pengaruh FOMO dalam Kehidupan
Seperti yang disebutkan sebelumnya, pengaruh FOMO dalam kehidupan meliputi perasaan takut, kecemasan, gelisah, depresi dan stres yang muncul sebagai respon atas ketidakpuasan atas apa yang terjadi dalam kehidupan. Orang yang mengalami FOMO akan cenderung kehilangan jati diri dan prinsip hidup dikarenakan mereka terus-menerus mengonsumsi dan mengikuti apa yang dilakukan orang lain.
FOMO juga berkontribusi terhadap tekanan mental teman sebaya. Mereka seringnya bertindak tanpa mempertimbangkan resiko jangka panjang. Melihat postingan teman di media sosial menimbulkan rasa perbandingan dan rasa takut kehilangan dengan apa yang sedang dialami teman-teman lainnya. FOMO dan kebiasaan hidup di dunia maya lewat media sosial dapat mengakibatkan siklus negatif yang terus berlanjut. Seperti kecemasan, rendah diri, tekanan emosional, kelelahan, sakit kepala, kurang motivasi, depresi, stres, dan perilaku negatif lainnya yang merugikan.
Cara Mengatasi FOMO
Kamu sudah mengetahui bagaimana FOMO akan mempengaruhi kehidupan seseorang. Terkadang rasa takut ketinggalan bisa menunjukkan perasaan terputus dari apa yang kamu anggap penting dalam hidup. Lantas bagaimana cara mengatasinya?
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyadari dan mengakui bahwa kamu sedang terjangkit gejala ini. Yang kedua, mencari tahu apa yang menjadi pemicu dan dari mana hal itu terjadi. Kemudian yang ketiga, kamu harus mencari penyembuhnya. Berikut beberapa caranya:
Istirahat Media Sosial
Selain berfungsi untuk mengatasi FOMO, istirahat dari media sosial juga berfungsi sebagai Dopamine Detox. Kita tahu kontribusi terbesar saat ini yang menyebabkan FOMO adalah menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial. Hal yang sederhana namun tidak mudah untuk mengatasi FOMO adalah memaksa diri untuk berhenti sejenak dari kegiatan media sosial. Seringkali kita hanya mengetahui gambaran permukaannya saja. Sesuatu yang sempurna untuk ditampilkan tanpa kita mengetahui kenyataan yang terjadi dibalik layar.
Mematikan semua notifikasi medsos dan berita terkini bisa membantu kamu untuk mengurangi rasa penasaran terhadap berita up to date saat itu. Kamu bisa menetapkan batas harian seberapa sering kamu menggunakannya, atau dengan menghapus daftar pertemanan untuk orang-orang yang mmbuatmu merasa buruk terhadap diri sendiri. Jika ini kurang berhasil, sebaiknya kamu uninstall semua media sosial untuk sementara waktu.
Membuat Tujuan dan Memegang Prinsip Hidup
Dengan menentukan tujuan hidup, tetap fokus untuk meraihnya, dan berpegang pada prinsip hidup, dapat membuatmu mengabaikan apa yang telah orang lain dapatkan. Kamu sudah mengetahui tujuanmu, sampai mana kamu berjuang, nilai hidup seperti apa yang kamu pegang, apa saja yang membuatmu bahagia ataupun terpuruk, sehingga kamu tidak akan membandingkan diri dengan pencapaian orang lain dan tidak akan merasa tertinggal.
Belajar Agama Secara Berkelanjutan
Rasa takut dan cemas, berasal dari hati yang tidak tenang. Perasaan iri terhadap orang lain sebagai salah satu penyebab FOMO adalah bentuk penyakit hati. Agama bukan hanya mengajarkan tentang kepercayaan atau hukum-hukum saja, melainkan juga mengajarkan bagaimana cara seseorang untuk bisa mendapatkan ketenangan hati dan meraih kebahagiaan yang sesungguhnya.
Dengan memperluas ilmu dan pengetahuan agama, kamu bisa mengurangi rasa takut dan cemas yang menimbulkan gejala FOMO dan membuat hatimu menjadi lebih tenang. Bukan hanya belajar melalui guru, kamu juga bisa berpindah circle pertemanan baik di dunia nyata maupun media sosial berganti kepada orang-orang yang lebih positif dan mendukungmu.
Bersyukur Dengan Apa yang Kamu Punya
Daripada terus memikirkan apa yang kurang darimu dengan membandingkan apa yang orang lain miliki, alangkah baiknya kamu perhatikan apa yang sudah kamu raih dari apa yang dulu kamu cita-citakan. Dengan cara ini bisa membantumu agar bisa lebih fokus pada dalam mengembangkan hidupmu sendiri tanpa terus menerus membuat perbandingan dengan hidup orang lain. Memiliki kemampuan bersyukur, rasa cukup, dan bersifat qonaah, cara ini sangat manjur untuk mengatasi FOMO.
Rajin Beribadah
Beribadah sangat bagus untuk meningkatkan rasa tenang dan kesadaran dalam melakukan segala kegiatan. Menjalankan ibadah juga bisa mendekatkan hubungan dengan pencipta, mnambah rasa syukur, dan meningkatkan keprcayaan bahwa takdir yang telah ditentukan kepada setiap orang berbeda-beda. Kepercayaan seperti ini dapat membunuh sifat iri dalam hati atas apa yang dimiliki dan dialami orang lain.
Walaupun FOMO erat kaitannya dengan penggunaan media sosial, namun hal ini bisa menyerang siapa saja dalam segala rentang usia dan kapan saja. Setiap orang merasakan dalam tingkat yang berbeda-beda. Tetaplah miliki tujuan dan prinsip hidup sendiri agar tidak tergerus arus. Syukuri dan nikmati hidup, miliki rasa syukur, teruslah menimba ilmu, dan rajin beribadah.