Rekan Kerja Toxic
Rekan Kerja Toxic yang harus kita jauhi dan hindari supaya tidak merusak mental dan mengganggu produktivitas kita. Terdapat ciri-ciri yang bisa kita lihat ketika berinteraksi denganmu. Rekan kerja toxic ini selalu ada di tempat kerja, hanya saja porsinya berbeda-beda. Mereka ini selalu bikin kita tidak betah berlama-lama di tempat kerja. Kenali yuk tipe rekan kerja toxic yang biasa kita temui di tempat kerja.

Ciri-ciri Rekan Kerja Toxic yang Harus Diwaspadai
Selalu Mengeluh dan Berkeluh Kesah
Yang pertama adalah rekan kerja toxic yang selalu mengeluh. Diberi kerjaan mengeluh, tidak ada pekerjaan juga mengeluh. Orang dengan tipe suka mengeluh seperti ini mau bagaimanapun keadannya ia tak akan pernah bisa melihat dari sisi yang positif. Jika di minta untuk mengerjakan tugas yang ringan, ia akan mengeluh karena merasa orang lain menganggapnya kurang kompeten.
Ia ingin supaya di beri tugas yang lebih berbobot karena ingin di anggap hebat dan berperan penting. Giliran di beri kerjaan yang agak berat, ia mengeluh kenapa hanya ia yang di beri kerjaan berat, sedangkan orang lain kerjaannya lebih enak. Ia merasa kalo kerjaan berat itu hanya untuk membebaninya.
Kita jadi merasa harus memperbaiki orang seperti ini. Rekan ini datang ke tempat kerja dengan segudang masalah. Apapun selalu bisa ia keluhkan. Apapun solusi yang kita sampaikan selalu salah, dan kita merasa rekan ini tidak pernah berhenti memiliki masalah. Hari ini ia habis kena marah bos, tadi pagi bertengkar sama istri, kemarin ribut sama kakaknya, diomelin tetangga, tertipu teman sendiri, dst. Ia merasa hidup ini seperti ini seperti itu, tidak pernah bisa lepas dari masalah, hidup ini mneyedihkan, saya mau kabur saja dari rumah, saya pengin resign, merasa pusing stress dan tidak pernah ada kata selesai dan tidak pernah ada cerita bagus dan bahagia dari hidupnya.
Tukang Ghibah
Rekan yang satu ini tukang ghibah. Ia sering mengamati dan menginvestigasi rekan kerja yang lainnya untuk mendapatkan informasi seseoranag itu dekat dengan siapa, apa yang mereka bicarakan, dan ingin sekali tahu kepentingan-kepentingan orang lain yang seharusnya menjadi privasi mereka. Mereka cuma beraninya menyebar informasi yang di dapat setengah-setengah. Kata yang biasa keluar dari mulutnya adalah “Katanya”. Mereka ini pecundang yang tidak berani mencari fakta tentang apa yang terjadi. Rekan tipe tukang ghibah ini biasanya juga penjilat dan senang adu domba.
Gosip yang mereka biasanya hal negatif dari seseorang, bisa juga hal positif di negatifkan. Misal ada orang naik pangkat, terus yang ia sampaikan “ya ia bisa naik pangkat kan gara-gara suap, atau karena pandai menjilat, dan lainnya”. Ia selalu menyampaikan hal negaif dari setiap hal positif yang ada. Orang ini sebenarnya hanya iri saja. Tidak suka melihat orang lain senang, dan senang melihat orang lain susah. Seharusnya mereka senang melihat orang lain senang, supaya kesenangannya atau nasibnya menular kepada mereka.
Suka Mendramatisir Keadaan
Bukan drama korea atau sinetron lho ya. Maksudnya itu rekan ini sering mendramatisir setiap kejadian yang ia alami. Hal kecil akan menjadi besar jika berada di tangan rekan yang satu ini. Hal yang sederhana menjadi rumit. Candaan yang harusnya tidak di tanggapi secara serius, bisa menjadi masalah. Orangnya senang banget bermain victim. Ia selau menceritakan bahwa dia adalah korban. Membesar-besarkan sebuah masalah dan seolah-olah dia adalah seorang korban dari sebuah pernyataan. Mereka ini suka melebih-lebihkan dalam segala hal. Memberi sebuah cerita, hanya agar semua yang mendengarnya terkesan. Sehingga tidak jarang jika cerita yang ia sampaikan berisi kebohongan.
Suka Mengkritik dengan Nada Meremehkan
Rekan kerja tipe ini nih yang selalu bikin optimisme kita menjadi hancur berantakan. Kalo kita sedang mengembangkan cara kerja kita, agar kerjaan bisa cepet beres, dan efisien. Kemudian orang ini datang tanpa diminta dan memberikan ceramah-ceramah yang menyimpulkan bahwa cara kita itu tidak bisa di terapkan. Bahkan lebih nyebelin lagi kalo orang ini juga mengajak orang lain untuk menyetujui pendapatnya.
Biasanya orang ini hanya menginginkan bahwa semua hal harus sesuai dengan cara penilaiannya. Jika tidak sesuai ia akan selalu memberikan kritik-kritik yang menjatuhkan, bukannya memberi saran yang membangun. Ia sealu merendahkan/ meremehkan orang lain baik itu tentang gagasan ataupun karena jabatan. Apapun yang kita sampaikan selalu dikritik. Bahkan untuk hal-hal yang sifatnya sepele. Tidak ada hal baik yang kita lakukan untuk bisa memuaskan orang ini. Misalnya saja kita memakai pakaian yang rapi. Tapi ia mengkritik sepatunya harus hitam, atau harusnya kita pakai dasi berwarna biru, dsb.
Pesimis Kronis
Rekan ini sebenarnya juga sama nyebelinnya dengan tipe rekan pengkritik. Susah untuk di ajak maju. Kalo rekan pengkritik berusaha menghadang jalan kita, tipe pesimis kronis ini menjadi beban yang membuat langkah kita semakin berat. Misal untuk meningkatkan produksi kita harus nambah sumber daya. Mereka bilang,”tapi kan nanti nambah biaya tenaga kerja. Belum lagi nanti harus beli mesin baru. Harus melakukan perawatan mesin. Dan untuk mencari karyawan sekarang ini susah mencari yang punya skill mumpuni, bisa loyal, dan patuh peraturan. Mending seperti ini saja sudah cukup. Daripada nanggung risiko yang besar”.
Narsis dan Sulit Mengakui Kesalahan
Orang yang tidak pernah merasa salah, tidak pernah bisa dikritik, egosentris, selalu melihat bahwa ia lebih baik dari orang lain. Mereka ini punya penyakit krisis percaya diri dan ia merasa bahwa tidak ada orang yang lebih hebat dari dia. Orang narsis rata-rata sangat stres jika ada orang yang lebih baik dari dia. Apalagi orang itu beraa di bawah posisinya. Kata-kata baik dan bijak harus keluar dari dia. Dan jika ada orang berkata bijak, itu tidak benar. Namun jika ia yang berkata, itu benar.
Rekan seperti ini biasanya tidak mau bertanggung jawab. Untuk mengakui kesalahan saja sulit. Namun jika ia melakukan beberapa kemajuan, ia akan bersikap sombong. Bahwa keberhasilan dari tim adalah berkat kontribusinya. Namun jika proyek gagal, ia akan menyalahkan orang lain karena tidak kompeten atau karena tidak sesuai dengan arahan kerjanya.
Tidak Professional
Rakan yang satu ini hanya akan bekerja ketika di minta. Ia tidak tahu atau tidak mau tahu tentang jobdesk pekerjaannya. Prinsip ia bekerja yaitu pagi datang ke kantor, pulang kerja tepat waktu, dan akhir bulan gajian. Ia tidak peduli sudah mengerjakan apa saja di waktu kerjanya. Rekan yang tidak professional seperti ini hanya menjadi benalu di tempat kerja. Yang lebih parah lagi jika di tempat kerja, ia malah mengurusi urusan rumah tangganya sendiri atau malah ngurusi kerjaan sampingannya.
Berlagak sebagai Boss dan Bersikap Sombong
Tipe ini nih yang ngeselin banget. Rekan kerja yang bisanya cuma nyuruh-nyuruh. Bukannya menjadi bagian dari tim, namun seolah-olah ia adalah orang yang paling tahu tentang pekerjaan, sehingga ia merasa wakil dari bos. Hobinya mengarahkan orang untuk bekerja, padahal mereka semua sudah mengerti jobdesk nya masing-masing dan tanpa diarahkan pun sudah tahu mau berbuat apa. Rekan kerja tipe bos ini biasanya orang senior yang sering memaksa junior untuk mengerjakan tugasnya. Padahal kan mereka sudah punya kerjaannya masing-masing.
Itulah tipe-tipe rekan kerja yang biasa di jumpai di banyak perusahaan dan tempat kerja. Jadi seperti apa rekan kerja toxic yang ada di tempat kerjamu? Dan kamu merasa paling eneg sama yang mana? Kalo aku pribadi sih, semua yang berbau toxic memang bikin eneg. Apalagi nggak cuma satu kepribadian aja yang ia punya, tapi ia punya paket komplit. Memang dalam suatu pekerjaan akan selalu ada orang yang tidak sejalan dan bikin kita tidak nyaman. Oleh karena setelah kita tahu tipe rekan kerja toxic, kita bisa siap untuk menghadapinya.